Mohon tunggu...
Amril Taufik Gobel
Amril Taufik Gobel Mohon Tunggu... Insinyur - Smiling Blogger, Restless Father, Lovely Husband and George Clooney wannabe :) See my Blog: http://daengbattala.com

Amril Taufik Gobel lahir di Makassar, 9 April 1970 dan lulusan Fakultas Teknik Jurusan Mesin UNHAS Angkatan 1989. Saat mahasiswa, pernah menjabat sebagai Redaktur Pelaksana Penerbitan Kampus Identitas (1992-1993) dan pendiri sekaligus Pemimpin Redaksi Surat Kabar Mahasiswa Fakultas Teknik UNHAS "Channel 9" (1991-1992). Seusai diwisuda tahun 1994, ia merantau ke Jakarta. Saat ini bekerja sebagai Direktur Eksekutif PT KPM Oil & Gas, Jakarta dan berdomisili di Cikarang. Ayah 2 anak ini juga mengelola blog pribadinya di www.daengbattala.com (pernah memenangkan blog favorit kategori Bahasa Indonesia dalam Lomba Blog International yang diadakan oleh The Bobs pada tahun 2010) serta menjabat sebagai Vice President Asean Blogger Chapter Indonesia sejak 2011. Telah menghasilkan 3 buku dari aktifitasnya ngeblog dan 2 diantaranya diterbitkan secara self publishing lewat www.nulisbuku.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Peran Rantai Supplai dan Tantangan Pengembangan Industri Hulu Migas Kawasan Timur Indonesia

16 Mei 2015   01:50 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:36 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada acara Simposium Nasional Migas Indonesia di Makassar, tanggal 25-26 Februari 2015 bertempat di Ballroom Phinisi Hotel Clarion, yang dilaksanakan oleh Komunitas Migas Indonesia chapter Sulawesi Selatan, ada sejumlah catatan penting terkait dengan prospek pengembangan industri hulu migas di kawasan Timur Indonesia yang disampaikan beberapa narasumber. Salah satu yang cukup menarik adalah uraian dari bapak Patuan Alfon Simanjuntak (Ditjen Migas Kementerian ESDM). Dalam kesempatan tersebut beliau memaparkan bahwa kecenderungan proyek migas Indonesia mulai bergeser ke timur Indonesia dan umumnya didominasi dengan explorasi gas. Beberapa proyek pengembangan minyak dan gas bumi yang telah dan akan dilaksanakan di Kawasan Timur Indonesia antara lain Pengembangan Gas Masela, Donggi- Senoro, Tangguh Train 3 Papua  dan Gas Kota (City Gas) di Kabupaten Wajo. Potensi ini akan menjadi "primadona" penghasil devisa dan pemasukan bagi negara di masa depan. Kawasan Papua memiliki cadangan sebesar 23,46 triliun kaki kubik (TCF) dan di kawasan pulau Sulawesi sebelah timur memiliki cadangan gas sebanyak 2,56 TCF. Sementara itu, cadangan minyak di Indonesia di pulau Papua 61,7 juta barel dan pulau Sulawesi mencapai 50,17 juta barel.

Pada kesempatan yang sama, Bapak Awang.H.Satyana (staf khusus Kepala SKK Migas) menyebutkan bahwa salah satu tantangan yang kelak dihadapi dalam eksplorasi migas di Kawasan Timur Indonesia adalah faktor geologis karena kurang lebih 80% potensi migas di Indonesia Timur berada di laut  dan tentu dengan tingkat kesulitan tinggi dibandingkan eksplorasi di darat. Tentu hal tersebut akan berbanding lurus dengan besaran biaya yang akan dikeluarkan juga akan semakin mahal seiring penggunaan teknologi tinggi yang menyertainya serta resiko finansial yang mungkin timbul. Terlebih infrastruktur pelabuhan dan transportasi relatif belum memadai untuk menjangkau wilayah kerja migas yang umumnya berada di daerah terpencil.

14282316011552237539
14282316011552237539
14282313191738419909
14282313191738419909

Beliau kemudian menyebutkan bahwa meski sejumlah tantangan menghadang didepan mata, eksplorasi migas di Indonesia Timur tetap memiliki prospek cerah di masa datang. Dari sisi tantangan teknis karena eksplorasi memerlukan teknologi tinggi serta didominasi di laut dalam tentunya diperlukan komitmen kuat dari semua pemangku kepentingan didukung oleh data seismik yang akurat dan memadai serta analisa tajam terkait aspek komersial. Sementara itu dari sisi tantangan sosial dan politik, otonomi daerah akan semakin dominan peranannya untuk mendukung proyek-proyek migas di Indonesia Timur termasuk mengantisipasi isu-isu keamanan yang kerap muncul khususnya yang berhubungan dengan proses pembebasan lahan.

Sementara itu Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Sulawesi Selatan Gunawan Palaguna—seperti dikutip dari sini-- menyebut beberapa eksplorasi minyak ataupun gas bumi juga telah dilakukan di Sulawesi Selatan. Tahun ini rencananya akan ada sembilan sumur gas yang akan dieksploitasi menjadi gas alam cair (liquefied natural gas/ LNG). Hasil produksi tersebut akan diekspor, tahap awal sebesar 500 ton pada Desember 2015

Pada kesempatan presentasi di hari kedua simposium, Walikota Makassar, Mohammad Ramdhan Pomanto juga menyebutkan rencana untukmembangun kawasan energi terintegrasi di daerahnya. Seperti dikutip darisitus KataData, Pembangunan Makasar Energy Center (MEC) ini rencananya akan mulai dibangun tahun 2015.  Beliau mengatakan kawasan energi ini akan terintegrasi dengan industri-industri lain. Lokasinya juga berdekatan dengan pelabuhan sebagai infrastruktur yang bisa mendukung kawasan tersebut. Pada proyek tersebut, salah satu kawasan merupakan reklamasi laut yang berbentuk pulau. Nantinya seluruh industri yang terkait dengan energi, seperti gas, minyak, kilang, maupun pembangkit listrik akan masuk di kawasan tersebut.

Rencananya kawasan tersebut akan dibangun di daerah muara Sungai Tallo Kecamatan Tallo. Untuk pembangunan wilayah khusus energi seperti pembangkit listrik dan kilang dibutuhkan lahan sekitar 400 hektare. Sementara untuk pelabuhannya membutuhkan lahan sekitar 500 hektare.

Tidak hanya itu, pada tahun ini pula direncanakan pembangunan Jeneponto Integrated Industrial park  Sulawesi Selatan yang dikelola oleh Aintza Group. "Pada kawasan seluas 5000 hektar  yang berlokasi di perbatasan kabupaten Jeneponto dan Takalar ini akan dibangun Kilang Minyak, Pembangkit Listrik, Smelter,  Food Processing, dan water front City yang terintegrasi" demikian ungkap Darman Saul dari Aintza Energy yang menyajikan materi di hari kedua Simposium,.

Peran Rantai Supplai

Posisi Rantai Supplai tentulah memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelancaran operasional industri hulu migas di kawasan Timur Indonesia.  Harus diakui, infrastruktur di kawasan ini masih relatif minim dibanding kawasan Barat Indonesia. Untuk itu, inisiatif untuk menjadikan Makassar sebagai "hub" (poros) utama dalam strategi rantai supplai pengembangan industri hulu migas di Indonesia Timur  layak didukung mengingat posisi penting daerah ini yang secara geografis berada di posisi strategis juga telah memiliki sarana pendukung yang relatif memadai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun