Mohon tunggu...
Amran Ibrahim
Amran Ibrahim Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pencatat roman kehidupan

iseng nulis, tapi serius kalau sudah menulis

Selanjutnya

Tutup

Politik

Megawati Harus Buka Suara tentang Siapa Prabowo

21 Maret 2019   15:10 Diperbarui: 22 Maret 2019   14:15 3559
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Megawati Soekarnoputri - merdeka.com

Hoaks dan politik pecah belah menjadi tontonan publik hari ini. Siapakah yang seharusnya bertanggung jawab. Singkatnya, pemerintah dan partai pengusung utamalah yang seharusnya menjadi sorotan. Sebagai kader dan partai yang membawa embel-embel demokrasi, seharusnya keberadaban demokrasi menjadi ujung tombak perjuangan.

Isu Prabowo sebagai personal yang bertanggung jawab atas peristiwa penembakan pada tahun 98 kembali dihidupkan. Isu ini dianggap senjata ampuh untuk mendegradasi elektabilatas Prabowo. Pada tahun 2014, isu ini sukses mengantarkan petugas partai yang berasal dari PDIP menjadi orang nomor satu di republik ini.

Kini di tengah trend petahana yang menurun dan penantang yang merangsek naik, isu ini kembali digulirkan. Apa tujuannya? Tentunya bukan untuk mencari pembuktian, tapi lagi-lagi untuk menjungkal lawan politik.

Jikalah ingin berlaku adil, seharusnya Megawati dan PDIP adalah pihak yang seharusnya bertanggung jawab untuk membuktikan kebenaran kesimpang siuran isu ini. Alasannya sederhana, karena Megawati adalah Presiden 'satu setengah' pasca reformasi. Kepemimpinan Megawati saat menjadi Presiden RI sangat dekat dengan jarak waktu peristiwa reformasi. Artinya, sangat memungkinkan bagi Megawati saat itu untuk menuntaskan kasus HAM yang terjadi pada saat reformasi.

Namun apa yang terjadi? Ada persepsi, seolah-olah Megawati dan PDIP dengan sengaja memelihara isu ini untuk kepentingan politiknya. Bahkan asusmsi yang berkembang, PDIP sengaja memelihara isu ini untuk menyandera lawan politiknya dengan kesamaran yang tidak pernah diselesaikannya.

Sebuah catatan penting, partai yang mengusung demokrasi sebagai embel-embel partainya, PDIP pernah menggandeng Prabowo Subianto sebagai calon wakil presiden. Tepatnya pada Pemilu 2009. Ironinya, tidak satupun kader PDIP saat itu yang berteriak kalau Prabowo adalah pihak yang seharusnya bertanggung jawab atas kasus HAM yang terjadi saat reformasi.

Begitu juga saat PDIP mendorong Walikota Solo saat itu, Joko Widodo, menjadi rising star Ibu Kota. Lagi-lagi PDIP menjadikan Prabowo sebagai magnet untuk kemenangan Joko Widodo-Basuki Tjahja Purnama menjadi Gubernur DKI Jakarta.

Jika lah PDIP benar besikap di atas semangat demokrasi yang diusungnya, maka Megawati harus membuka suara untuk menjernihkan isu yang sifatnya merugikan seseorang secara personal tersebut. Jangan sampai karena kepentingan politik kolega-kolega yang diduga sebagai pelanggar HAM yang 'nangkring' di kubu petahana, Megawati menggadaikan spirit demokrasi yang diusung partainya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun