Lihat ke Halaman Asli

Peningkatan Produksi Kerupuk Singkong Melalui Inovasi Teknologi

Diperbarui: 7 Februari 2022   20:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Ketela pohon atau biasa disebut dengan singkong atau ubi kayu merupakan salah satu jenis umbi-umbian. Singkong pertama kali dikenal di Amerika Selatan kemudian dikembangkan di Brazil dan Paraguay pada masa pra-sejarah. 

Singkong pertama kali diperkenalkan oleh Bangsa Portugis pada abad ke-16, akan tetapi baru ditanam dan dibudidayakan secara komersial pada tahun 1810.

Singkong juga termasuk salah satu makanan yang sering dikonsumsi masyarakat luas karena mengandung karbohidrat tinggi sebagai salah satu makanan pokok pengganti beras. Hal ini dikarenakan di Negara Indonesia produksi singkong mencapai kurang lebih 20 juta ton per hari, singkong juga termasuk hasil komoditas terbesar petani setelah padi.

Desa Pendem merupakan salah satu desa di Kota Batu yang memanfaatkan hasil komoditas singkong untuk diolah menjadi produk olahan Kerupuk. Masyarakat Desa Pendem mengolah hasil komoditas tersebut dengan memanfaatkan salah satu program Pemerintah yaitu UMKM atau yang biasa dikenal dengan Usaha Mikro Kecil Menengah. 

Harapannya dengan adanya program tersebut, perekonomian di masyarakat dapat meningkat secara signifikan dan dapat merubah taraf hidup masyarakat setempat.

Margin pendapatan yang diperoleh masyarakat melalui produksi Kerupuk Singkong dapat dikatakan sebagai pendapatan tidak tentu. Hal tersebut dikarenakan jumlah pesanan Kerupuk Singkong yang tidak menentu dalam setiap bulannya. Atau dalam arti lain, masyarakat memproduksi Kerupuk Singkong hanya pada saat ada pesanan. Sehingga produksi Kerupuk Singkong menjadi tidak maksimal.

Keterbatasan teknologi dalam proses produksi Kerupuk Singkong yang dilakukan oleh masyarakat Desa Pendem berpengaruh terhadap kapasitas produksi yang dihasilkan. Dengan bermodalkan teknologi sederhana, masyarakat hanya mampu memenuhi pesanan beberapa pelanggan saja. 

Masyarakat tidak dapat menyediakan stok produk Kerupuk Singkong untuk pesanan yang akan datang. Sehingga untuk menyediakan stok produk Kerupuk Singkong dibutuhkan teknologi yang memadai.

Begitu juga dengan proses produksi yang masih memanfaatkan tenaga manusia, membuat proses produksi menjadi lambat. Keterlambatan tersebut dapat berpengaruh terhadap pendapatan yang diperoleh masyarakat. 

Dengan demikian, masyarakat Desa Pendem membutuhkan inovasi guna meningkatkan kapasitas produksi yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sesuai dengan tujuan program UMKM. 

Pemanfaatan teknologi digital yang masih kurang, menjadikan masyarakat kesulitan dalam memperkenalkan produknya kepada konsumen. Sehingga, kami memberikan bantuan berupa akses pembuatan akun shopee dan Instagram agar produk tersebut lebih mudah dijangkau oleh masyarakat melalui digitalisasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline