Lihat ke Halaman Asli

zaldy chan

TERVERIFIKASI

ASN (Apapun Sing penting Nulis)

Puisi: Hingga Sunyi Menemani

Diperbarui: 24 Juli 2021   20:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Lampu Jalan (sumber gambar : pixabay.com)

Kemudian, hari menghabiskan siang seperti hari-hari kemarin. Membiarkan sinar mentari bertarung di antara hamparan mendung. Dan, memungut senandung nyeri yang dihantarkan sunyi.

Angin tanpa arah membujuk kawanan gerimis berjatuhan. Membiarkan butiran hujan berkali-kali membunuh benih ingatan. Dan, mengajak angan menelusuri jejak-jejak kenangan.

Beberapa hempasan tawa terlatih mencari tempat singgah. Berganti genangan airmata yang tertatih menampung sisa gundah. Dan, serpihan doa berdiri kaku di persimpangan harap yang patah.

Seperti malam-malam kemarin, sunyi terlambat datang. Tersendat mengeja satu-persatu jiwa tak bertuan di gerbang kepulangan. Ia tersesat di pintu-pintu tak bernama.

Sebelum detak waktu menghentikan laju perjalanan. Hari-hari akan terus berlalu sebagai sebuah kehilangan. Dan, tak siapapun tahu, kapan dan di mana pintu-pintu itu terpaku.

Hingga sunyi menemani.

Curup, 24.07.2021
Zaldy Chan




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline