Lihat ke Halaman Asli

zaldy chan

TERVERIFIKASI

ASN (Apapun Sing penting Nulis)

Saat Mimpi Terhenti di Pintu

Diperbarui: 7 Maret 2019   23:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Illustrated by : pixabay.com

sepotong pensil sepanjang jari. bergerak lamban telusuri pori-pori hari. dalam hening, merajam lembar-lembar kusam, mengarsir genangan usang masa silam.

"cantik sekali!"
"kau siapa?"
"ikuti aku!"

tinggal seruas jari, pensil memotong hari. lupakan kampung, sirnakan ekor-ekor kambing juga lidah sapi. bergegas dan terburu, hingga berteduh di titik henti. tak lagi berhitung satu atau dua kali. menakar hidup, saat nyala pijar merah tak redup.

"pulanglah!"

pensil bersisa di ujung jari. stagen ungu tak mampu tutupi gendongan hari. tiga jemari mungil memeluk bongkahan dada, tangan-tangan kerdil setia, mengikat siang dan malam raga. malu berujar aniaya, ketika kata-kata tertelan luka.

"aku siapa?"

sepotong pensil, baru saja berganti. tak lagi peduli rautan lalu hari. stagen ungu mereguk abu kelabu. saat mimpi terhenti di pintu. bukan bujuk rayu, hanya sapaan pilu.

"kau tak seperti dulu!"

Curup, 07.03.2019
zaldychan




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline