Lihat ke Halaman Asli

Jogja di Balik Layar

Diperbarui: 24 Juni 2015   07:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Seperti biasa…
dan hampir ini tidak biasa
karena yang biasa
bukan realita…itu kata anak muda

dalam dawai hiruk pikuk jogja
yang tak pernah sepi dari sulaman budaya
merebak sebuah dilema
akan jogja yang sebenarnya

entah kapan wabah ini mereguk sukma kota budaya
menyelinap di antara keheningan dan pilar-pilar kebanggaan kota istimewa
ratu dan raja hanya bisa bertapa
sambil sesekali melebur dengan warga kota

ya,,wabah itu kian menggrogoti pilar utama jogja
dan wabah itu akan tetap jaya
jika jiwa tak lagi menghamba pada sang raja sebenarnya
raja di atas rajanya jogja

dunia malam kian menjamur di kota budaya
mahasiswa sangat akrab dengan dunia ganja, diskotik aja, pesta pora, wanita, dan vagina
losemen kaliurang berglimang kondom ria
seturan bertabur sperma
parang tritis berlabuh nista

untung saja warung kopi masih berjiwa sufi
yang meredam ambisi hati tuk berlaku keji
masih ada malioboro yang senantiasa ceria
demi tulus membangun image jogja agar nan jaya

sepanjang jalan utama dipenuhi kendaraan goyang ria
berbelok jalur menuju ruang yang memanjakan jiwa
sampai kapan realita jogja berkrudung dusta
dan sampai kapan jogja akan kembali seperti semula

semoga saja…itu harapan indahku di malam ini…




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline