Lihat ke Halaman Asli

Masih Perlukah Peran Orangtua di Masa Remaja?

Diperbarui: 4 Oktober 2022   23:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Masa remaja memang masa yang menyenangkan sekaligus masa tersulit dalam hidup seseorang. Mereka penuh dengan mimpi, angan-angan, cita-cita,potensi, pergolakan, dan pemberontakan. Pada saat itu pula, seorang anak remaja tidak saja mengalami perubahan fisik tetapi juga psikis.

 Status pun berubah karena adanya perubahan sebutan dari sebagai anak-anak menjadi remaja. Permasalahan yang sering timbul biasanya seputar hubungan mereka dengan orangtua. Banyak di antara mereka memilih jalan yang keliru meskipun dibesarkan dalam rumah tangga yang baik dan mendidik.

    Seiring dengan cepatnya perkembangan teknologi,anak remaja tumbuh lebih cepat dan ingin bebas lebih awal.Banyak orangtua yang merasa sulit mengikuti perubahan-perubahan drastis yang dialami anak remaja mereka dan sebagai akibatnya terjadilah pertentangan. 

Tadinya si anak masih dalam pelukan orangtua, diantar ke sekolah, bermain bersama di rumah, membantu urusan rumah, dan seterusnya lalu tiba-tiba berubah. Dia mulai berani membantah, melawan, dan melanggar peraturan dari orangtua, serta tidak komunikatif lagi terhadap orangtua. 

Hal ini sebagai pertanda masa remaja sudah tiba, situasi tidak lagi dapat dikendalikan oleh orangtua. Di satu sisi orangtua memperketat kontrol, disisi lain remaja meningkatkan pula perlawanan mereka untuk mendapat kebebasan.Oleh karena itu, orangtua harus mengenal masa krisis anak remaja dan bertanggung jawab membantu anak remaja secara rohani mengatasi masa-masa krisis tersebut.

Pendapat umum mengatakan bahwa masa remaja merupakan masa peralihan antara tahap kanak-kanak dengan tahap dewasa. Wright (2009) mengatakan bahwa masa remaja merupakan suatu masa krisis terus-menerus dengan diselingi beberapa masa reda dengan pengalaman yang menegangkan,stres,badai bahkan tekanan sosial memuncak. 

Mereka beranjak dari ketergantungan kepada orangtua menuju kemandirian, otonomi, dan kematangan.Perubahan ini tentunya setiap budaya akan memiliki ciri tersendiri, misalnya mengenai batasan umur.Di Indonesia, meskipun belum ada kesepakatan tentang hal ini, kategori remaja umumnya di Indonesia berkisar usia dua belas tahun hingga dua puluh tahun.

Ada dua ciri-ciri yang menonjol ketika seorang anak memasuki usia remaja (Surbakti, 2008), yaitu perubahan fisik dan psikis. Perubahan fisik bagi laki-laki ditandai dengan perubahan otot, suara menjadi besar, tumbuh jakun, tumbuh kumis; sedangkan pada perempuan ditandai dengan tumbuh payudara, mengalami menstruasi, tubuh makin seksi.

Sementara itu perubahan psikis sulit diamati secara kasat mata. Berkembangnya intelektual, emosional, minat, dan sikap dapat dipandang sebagai

ciri-ciri perkembangan psikis.Bisa saja pertumbuhan seorang anak remaja secara fisik tidak selalu diikuti secara psikis, begitu pula sebaliknya. Perubahan secara psikis berdampak besar terhadap prilaku secara emosional. 

Oleh karena itu, masa remaja merupakan masa yang rentan terhadap godaan, rasa keingintahuan akan segala hal sehingga mereka gampang terjerumus dengan hal-hal negatif, misalnya: penggunaan obat-obat terlarang, keterikatan misalnya dengan playstation, game internet.chatting,video porno, dan akses situs porno.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline