Lihat ke Halaman Asli

Bachtiar Yunizel

Sales Communication Coach

Pelajaran dari Palu

Diperbarui: 1 Oktober 2018   12:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kabar duka itu datang dari bumi Sulawesi. Kota Palu dan kabupaten Donggala di terjang gempa dengan kekuatan 7,4 Skala Richter di sertai gelombang Tsunami beserta ratusan gempa susulan. Bangsa ini tentu saja berduka dan bersimpati yang luar biasa dari bencana ini. Baru saja lombok mulai berbenah, bencana itu kini menimpa Palu dan Donggala

Sejumlah headline media masa yang terbit Senin Awal Oktober ini memberitakan bahwa jumlah korban jiwa mencapai lebih dari 800 orang. Angka ini di perkirakan masih akan meningkat. Sebab relawan masih berjibaku mengevakuasi korban. 

Dari rentetan bencana yang melanda nusantara, ada baiknya kita mengingat kembali temuan para ahli. Salah satu kesimpulan penting yang mesti kita sadar betul adalah bahwa kita tinggal di daerah yang rawan bencana. Potensi bencana alam kita tidak hanya datang dari atas bumi seperti longsor dan letusan gunung, yang nota bene bisa di lihat dengan mata kepala. Potensi bencana di Indonesia juga berasal dari dalam laut, yang tidak semua orang bisa melihatnya. 

Sekali lagi, kita tinggal di daerah yang sangat rawan bencana. Tidak ada satu ilmu pun yang bisa mengalihkan dan mengeliminir bencana. Bencana itu alamiah yang akan datang dan pergi sesuai dengan perintah Tuhan, yang kepada kita tidak bisa di beri tahu. 

Menghadapi masalah ini, yang dapat kita lakukan adalah menyadari dengan lebih baik fenomena ini. Jika kita mampu menyadari bahwa kita tinggal di daerah rawan bencana, maka yang paling penting dilakukan memahami tanda tanda akan datangnya bencana alam. Dengan meningkatnya sensitivitas akan tanda tanda alam, akan mampu mengurangi resiko dampak bencana.

Masalah lain yang tidak kalah pentingnya adalah edukasi dalam menghadapi bencana. Masyarakat sering bingung ketika bencana melanda. Tidak saja masyarakat, pemerintah dan badan terkaitpun tidak jarang pula menghadapi kebingungan yang sama. Masyarakat bingung bagaimana menyelamatkan diri. Pemerintah bingung bagaimana menyalurkan bantuan. Sehingga Mendagri pun mempersilakan masyarakat mengambil dari toko-toko yang dtinggal penjaga nya. 

PErsoalan diatas sebagai dampak serius minimnya edukasi bencana di Indonesia. Masyarakat menjadi tidak banyak tahu akan langkah yang harus mereka lakukan ketika bencana itu datang. Kondisi ini menjadi semakin parah ketika memang masyarakat Indonesia lumayan susah di kasih tahu tentang sesuatu. 

Peristiwa Palu mestinya mendorong semua elemen yang ada untuk secara sungguh sungguh memperhatikan masalah edukasi menghadapi bencana kepada segenap lapisan masyarakat Indonesia.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline