Lihat ke Halaman Asli

YunitaUmar

Pengangguran

Menunda Kematian Alam di Film "Racing Extinction"

Diperbarui: 20 November 2019   18:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

theenergybit.com

Di tengah rasa kejenuhan saya, malam minggu kemarin saya habiskan waktu untuk pergi dari gubuk tercinta (kost). Mencari angin segar dan melihat dunia luar. Karena dunia tidak selebar daun kelor, tidak juga sesempit gubuk saya di tepi kota ini. 

Saya jeda dulu skripsi yang belum berganti wajah baru. Bab-bab yang masih berserakan dan belum juga dibubuhi tanda acc dari dosen pembimbing terkasih. Biarlah saya habiskan waktu untuk nongkrong bersama teman-teman, merayakan kesendirian dengan filter intelek. 

Supaya  menjadi jomblo progresif harapan bapak bangsa seperti Tan Malaka dan Bung Hatta. Jadilah malam itu saya nobar dengan banyaknya gelas kopi yang tersedia. Agar bisa diseduh untuk membuka mata lebar-lebar. Membuka hati dan rasa peduli. 

Film Racing Extinction pun diputar. Waktu berjalan lambat. Hanya seruput bunyi mulut menyeduh kopi, selebih itu hanya suara pilu dari Louie Psihoyos dan tim The Cove, seniman dan para aktivis lingkungan.

Melalui  film dokumenter yang diproduksi oleh Discovery Channel ini mereka hendak menyampaikan kepada kita, umat manusia, bahwa dunia sedang tidak baik-baik saja. Alam ini sedang mengalami sakaratul maut, kematian sudah diujung jalan. Hanya menghitung waktu kapan kematian itu datang dan mengubur manusia hidup-hidup. 

Kerusakan alam kian hari makin menjadi-jadi. Produksi gas karbon dioksida dan metana yang  terlampau tinggi itu menyebabkan lautan semakin asam. Kepunahan berbagai spesies vertebrata meningkat drastis dalam seratus tahun terakhir.

Alam ini dalam sejarahnya telah melewati kepunahan besar kelima dengan ditandainya kepunahan pada dinosaurus. Kemudian para ilmuwan meramalkan bahwa dalam abad ini akan terjadi lagi kepunahan besar. 

Kalau dulu kepunahan itu terjadi karena ledakan meteor yang menghantam bumi, namun sekarang kepunahan datang karena ulah manusia sebagai makhluk super power, khalifah  di muka bumi.

Kita tahu tentang ikan yang memiliki tubuh sangat besar yaitu hiu. Hewan biota laut bertaring ini diprediksi oleh Louie akan mengalami kepunahan sama halnya dengan dinosaurus. 

Abad ini, ikan hiu dan pari manta telah dikategorikan sebagai hewan langkah. Namun, di beberapa negara seperti Hongkong dan Tiongkok, hiu menjadi komoditas utama dalam perekonomiannya. Bagaimana hiu ditangkap kemudian seluruh bagian tubuhnya dipotong dan dijemur, menjadi obat-obatan tradisional yang memiliki daya jual sangat tinggi.

Tidak terkecuali, di Amerika, sebuah restoran mewah menjadikan hiu sebagai bahan makanan utamanya. Hiu dijadikan sup sebagai santapan pembuka yang disajikan dalam mangkuk kecil dengan harga yang sangat mahal. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline