Lihat ke Halaman Asli

Yuni Retnowati

Biarkan jejakmu menginspirasi banyak orang

Hati Perempuan (Bagian 6: Memahami Lelaki)

Diperbarui: 29 Februari 2020   11:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Haribappeda.batangharikab.go.id

Udara pagi kali ini lain dari biasanya. Dinginnya hembusan angin berubah menjadi kegerahan yang menyiksa. Pandu masih menatapnya dengan garang. Baru kali ini Suaminya bersikap seperti itu. Seorang lelaki yang harga dirinya terinjak bisa berubah menjadi begitu kejam. Trinita berharap itu tak terjadi pada suaminya. Kalau hanya kata-kata , kupingnya bisa memfilter untuk meninggalkan sarinya saja supaya tidak tenggelam dalam kebencian berkepanjangan

            "Nggak usah melanjutkan kuliah lagi," gertak Pandu. " Nggak ada gunanya kamu sekolah tinggi-tinggi kalau tujuannya cuma untuk  mencari laki-laki lain. Cari selingkuhan di Bogor." 

            "Jangan salah paham dulu Mas," sela Trinita pada cercaan Pandu."kuliahku ini pakai beasiswa pemerintah dan juga tugas dari kampus.  Kalau aku berhenti, beasiswaku juga dihentikan.  Aku tidak akan bisa melanjutkan kuliah karena tidak punya biaya jadi sia-sia saja waktuku selama ini terbuang, tenaga dan pikiranku habis dan harus pulang tanpa gelar."

            "Terserah kamu kalau nggak mau diatur dan nurut sama Suami," balas Pandu tak peduli.

            Trinita bungkam karena tahu apa yang akan terjadi kalau dia membalas perkataan Pandu. Lebih baik menghindar sebentar. Dia menuju kampus untuk sekedar bertemu dengan teman-teman dosen. Ngobrol dengan mereka mungkin bisa  melupakan sejenak tekanan yang dihadapinya di rumah.

            Tiga hari lagi Trinita harus kembali ke Bogor. Perkuliahan semester tiga akan dimulai Senin depan. Kalau Pandu masih mempertahankan sikapnya, bagaimana Trinita bisa ke luar dari situasi ini? Kenapa harus terjadi seperti ini? Disadari bahwa dirinya memang salah. Tapi siapa yang sanggup bertahan dalam kondisi seperti yang dihadapinya selama ini?

            "Kalau kamu kembali ke Bogor aku akan menceraikan kamu," ancam Pandu malamnya.

            "Kamu nggak boleh egois seperti ini," protes Trinita.

            "Demi kebaikan kita," dalihnya.

            "Kamu tidak bisa mengancam aku Pandu," sahutnya menahan kesal.

            Malam itu Trinita tidak tidur sekamar dengan Pandu. Memilih tidur di kamar Uti sambil menyiapkan beberapa oleh-oleh yang akan dibawanya ke Bogor.  Ada makanan dan souvenir khas daerahnya. Miniatur tugu khatulistiwa yang akan mengingatkan orang pada kota Pontianak.  Mungkin itu akan menjadi oleh-oleh yang tepat untuk Mr Baldi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline