Lihat ke Halaman Asli

Olind Rivi

Manggarai Barat - NTT

Mengenal Adat dan Budaya Manggarai NTT dalam Acara ''Teing Hang''

Diperbarui: 31 Mei 2021   14:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Acara ''Teing Hang'' Budaya Manggarai NTT (Sumber : Egieligius.wordpress.com )

Mengenal daerah Manggarai adalah sebuah kabupaten yang ada di provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) Indonesia bagian Timur. Manggarai sendiri terdiri atas tiga kabupaten yaitu kabupaten Manggarai, kabupaten Manggarai Barat, dan kabupaten Manggarai Timur. Kabupaten Manggarai terkenal dengan kota paling dingin di Indonesia.

Melansir dari surat kabar daring Media Indonesia dari stasiun meteorologi Ruteng Frans Sales Lega Manggarai, Nusa Tenggara Timur suhu udara di kota Ruteng per Juli 2019 lalu menyentuh 9,2 derajat celcius. Itu merupakan suhu terendah yang dicatat stasiun meteorologi BMKG di seluruh Indonesia. 

Kabupaten Manggarai Barat terkenal dengan kota Labuan Bajo sebagai salah satu objek pariwisata premium yang cukup terkenal di Indonesia maupun manca negara. Kabupaten Manggarai Timur terkenal dengan penghasil kopi dan cengkeh.

Ketiga kabupaten ini memiliki adat dan budaya yang sangat kental yang diwariskan secara turun temurun kepada masyarakat Manggarai. 

Salah satu adat budaya yang paling sering dilakukan oleh masyarakat setempat hingga saat ini adalah acara ''teing hang'' yang berarti upacara pemberian sesajen kepada para leluhur sebagai salah satu bentuk wujud rasa syukur, meminta keberhasilan, dan memohon perlindungan. 

Baca juga : 4 Makna yang Terkandung dalam Budaya "Teing Hang" Arwah di Manggarai

Masyarakat kami menyakini bahwa roh-roh para leluhur senantiasa membawa perantara kebaikan Tuhan dalam hidup dan usaha kami.

Biasanya acara ''teing hang'' yang paling populer dilakukan masyarakat Manggarai adalah ketika anak-anak mulai memasuki SMP, SMA, kuliah, merantau, acara pernikahan, dan acara penutup akhir tahun. 

Ketiga acara ini sama-sama memiliki makna yang sama yakni meminta keberhasilan dalam sekolah dan memohon perlindungan agar dijauhkan dari hal-hal buruk. 

Sedangkan untuk acara ''teing hang'' penutup akhir tahun adalah salah satu bentuk ungkapan rasa syukur atas semua perjalanan hidup selama setahun dan meminta perlindungan dan keberkahan untuk hidup di tahun yang baru.

Kalau ditanya kok roh yang disembah? Kan ada Tuhan. Jawaban yang lebih tepat bukan menyembah roh tetapi kami menghormati dan meyakini bahwa roh-roh para leluhur yang didoakan dalam bentuk acara ''teing hang dengan tudak manuk bakok'' senantiasa menyampaikan semua permohonan kami dihadapan Tuhan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline