Lihat ke Halaman Asli

Tidakkah Kau Sadar??

Diperbarui: 25 Juni 2015   00:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

" Semoga ini hanya mimpi" ujar ku di dalam hati ketika aku melihat sebuah senyum yang sangat jarang diberikan olehnya. Bukan gara-gara dia yang jarang tersenyum yang membuat aku menghela napas panjang melainkan untuk siapa senyum yang menurutku manis itu diberikan. Tak hanya senyum yang dia berikan pada Tania salah satu Partner kerja ku untuk menggarap Karya Ilmiah. Perhatian lebih juga dia aplikasikan langsung pada Tania.

"Tania, gadis manis nan baik hati itu memang pantas untuk dia" Pikir ku. Menyangkut soal perasaan Positiv Thingking tidak berlaku. Segala macam pikiran buruk mengelilingiku. Mulai dari mencari kekurangan Tania hingga berbagai rencana untuk membuat Dia berhenti memberikan perhatian lebih pada Tania.

Dalam waktu 24 jam, setidaknya 1 Jam kami bertiga bersama. Dan hal inilah yang paling membuat rasa kesal ku bertambah dan banyak pikiran tak baik yang terlintas. Semua kebaikan Tania yang selama ini telah membuatnya menjadi 'inspairing People' ku semakin hari semakin runtuh, terganti dengan setitik kebencian yang semakin melebar.. melebar dan terus melebar memenuhi seluruh rongga dadaku. Setiap perhatian yang dia tujukan untuk Tania seakan menyemai rasa Benci ku pada Tania.

Terkadang aku berpikir ' Tujuan mu di sini bukan karena Tania atau Dia' . Perlahan aku mencoba menerima perhatian lebih yang diberikannya pada Tania. Awalnya memang sulit menerima sesuatu yang tidak kita sukai. Dengan kesabaran dan kelapangan hati menerimanyalah Benci yang sudah memenuhi rongga dada ku sedikit demi sedikit mulai hilang.

Dua bulan lebih aku terus menahan rasa kesal dan benci yang berkecamuk dengan sebuah kata penyemangat  'Fokus pada tujuan awalmu'. Tujuan ku bergabung dengan Dia dan Tania adalah untuk menyelesaikan Proyek Karya Ilmiah kemudian mengikuti Lomba, dan pada akhirnya harapan ku hanyalah Menang.

" Coba ya aku bisa jadi kamu" Ujar Tania sesaat setelah dia tahu kalau aku mendapatkan beasiswa. Aku terkejut mendengarnya karena justru akulah yang seringkali ingin menjadi dia. Tak ku sangka Tania bisa berkata seperti itu.

" Kamu memang Hebat" itulah kata terakhir yang di ucapkannya sebelum aku meninggalkannya untuk melanjutkan Studi ke sebuah  sekolah ternama yang memberikan beasiswa penuh padaku. Tak hanya itu dia juga memberikan seulas senyum padaku, walau memang tak semanis ketika dia tersenyum pada Tania. Dia yang beberapa waktu lalu mengisi hatiku. Banyak hal yang aku lakukan untuk lebih mengenal dia. Dan sekarang aku akan pergi meninggalkannya, it's Hurt me ?? I don't Know...

-To be Continued-




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline