Lihat ke Halaman Asli

Yudhi Hertanto

TERVERIFIKASI

Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Mempertaruhkan Kewarasan

Diperbarui: 15 Oktober 2019   00:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Is it just me, or is it getting crazier out there?" - Arthur Fleck (Joker)

Sejarah kegilaan adalah tentang dominasi kekuasaan. Begitu hasil penelitian Foucault pada buku Kegilaan dan Peradaban. 

Celakanya penderita gangguan kejiwaan kerap menjadi kambing hitam, dari situasi yang bisa jadi tidak dipahaminya. Termasuk di ranah sosial politik, kegilaan tidak kunjung mereda.

Sesuai Foucault, gila dan kegilaan adalah kata yang dipersandingkan sesuai konstruksi masyarakat. Bahwa dari setiap lintasan sejarah, terdapat persepsi publik atas mereka yang berbeda dari normalitas.

Dengan begitu ada interaksi antara aspek individu pada lingkup sosial yang terkait. Relasi dan bentuk interaksi tersebut bersifat dinamis serta saling mempengaruhi.

Pada abad pertengahan, kegilaan mulai diperhadapkan dengan rasionalitas dan moralitas, menghadirkan bentuk paling konkret melalui pemenjaraan fisik. Pasung dan rumah sakit jiwa adalah format merepresi fisik dan psikis.

Secara bertingkat, kegilaan dapat dipandang sebagai problem medik, bahkan juga dipercaya merupakan kutukan dan perbuatan mistik. Peradabanlah yang membentuk relasi sebab-akibat kegilaan. 

Maka pertanyaan Joker diatas, menjadi penting. Sebagian diantara kita mungkin menganggap bahwa membahas pertanyaan penyandang gangguan jiwa adalah sebuah kegilaan baru? Setidaknya kita dapat merefleksikan diri pada irasionalitas tersebut.

Kesehatan Jiwa Bangsa

Bulan ini, khususnya tanggal 10 Oktober adalah hari kesehatan jiwa sedunia. Bukan tanpa sebab, kejadian stres dan depresi pada manusia modern mengalami peningkatan. Pada bagian puncak, kegilaan individu adalah wujud ekspresi gangguan kejiwaan sosial.

Ketidakmampuan untuk melihat relasi dialektik hal tersebut dalam kajian psikososial, seolah menempatkan individu yang terlepas dari pengaruh faktor lingkungan sosial di sekitarnya. Secara sederhana, jatuhnya kewarasan individu bukan tidak mungkin dapat disebabkan karena interaksinya dengan lingkungan yang buruk.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline