Lihat ke Halaman Asli

Yudhi Hertanto

TERVERIFIKASI

Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Sekeping Informasi dalam Hasil Survei

Diperbarui: 21 Maret 2019   10:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(twitter.com/hariankompas)

Sentimen Negatif! Koran Kompas jadi bulan-bulanan, setelah merilis hasil survei Pilpres yang menempatkan selisih antara dua pasang menjadi lebih pendek, pada rentang 11 persen saja.

Padahal melalui sekian banyak hasil survei, jarak elektabilitas kedua pasangan seolah dipatok di angka lebih dari 20 persen. Lalu di mana salah Kompas? Kesalahan terbesarnya adalah melawan ekspektasi pendukung petahana. Itu jelas berbahaya bagi surat kabar sekelas Kompas.

Jika kemudian dibaca lebih serius, hasil temuan Kompas sesungguhnya tetap menempatkan petahana dalam posisi sebagai pemenang, meski selisih jarak terpangkas. Dalam logika rasional, mengingat jarak pencoblosan yang semakin mendekat, maka seolah mustahil bagi oposisi untuk melahap gap elektabilitas.

Putaran akhir yang mendekati hari pemilihan, masih menyisakan kampanye terbuka dan sesi debat. Tenggat yang terbilang dekat tersebut, harus dapat optimalisasi oleh kedua kubu, yaitu; (a) mengkonsolidasikan basis suara bagi petahana yang dinyatakan unggul di banyak survei, dan (b) masifikasi tarikan dukungan bagi oposisi, dengan target swing voters, baik bagi undecided maupun pemilih yang masih mungkin berubah.

Sejatinya, terdapat kepingan informasi dari survei Kompas, sebagaimana hasil-hasil lembaga survei yang telah lebih dahulu merilis dan memublikasikan temuannya ke publik. Keberadaan survei, layaknya puzzle yang merupakan informasi berserakan, perlu disusun ulang untuk mendapatkan tangkapan gambar yang merepresentasikan realitas.

Apakah bisa dipercaya? Tergantung pilihan dan selera Anda. Terlebih harus dipahami survei adalah metodologi statistik secara kuantitatif, untuk melakukan pengukuran atas suatu tujuan tertentu. Titik lemah survei merentang dari persoalan pengambilan sampel, bentuk pertanyaan hingga perumusan kesimpulan hasil survei.

Pada level terpisah, survei secara kuantitatif tidak bisa menghitung perasaan yang cenderung disembunyikan dari pernyataan terbuka. Apalagi jika sebuah survei dominan dengan jenis pertanyaan tertutup, pilihan jawaban hanya iya dan tidak. Jelas bahwa aspek perasaan mewakili indikator kualitatif dan perilaku publik harus dipahami, sebagai hal dinamis yang berubah dari waktu ke waktu.

Hal tersebut menjadi kelemahan lain dari survei, yakni tentang pergerakan isu yang muncul pada periode menjelang pencoblosan. Memori kolektif memiliki kecenderungan untuk lekat dengan momentum terdekat, pada ingatan jangka pendek. Maka potensi keunggulan ataupun blunder yang akan terjadi di waktu-waktu akhir, menjadi penentu sekaligus pembeda.

Pesan dalam Opini Survei
Pada aspek komunikasi, survei adalah bentuk medium bagi upaya penyampaian pesan. Di mana maksud dalam makna pesan, dibingkai dengan menggunakan ukuran nominal, penuh dengan angka seolah menandakan ketepatan alias akurasi. Tapi ingat, survei tidak sama sekali bebas nilai, justru bisa dijadikan sebagai alat kepentingan tertentu.

Survei memiliki korelasi dengan upaya pembentukan opini, karena hasil temuan survei dibahas melalui berbagai kanal saluran komunikasi massa. Konsumsi hasil survei menjadi pembicaraan publik, dan tentu saja ada upaya penggalangan pendapat publik. Hasil survei Kompas sesungguhnya dalam bentuk yang sangat halus hendak berbicara "Jokowi Tetap Unggul".

Situasi tersebut justru tidak tertangkap oleh para pembaca emosional, yang menghendaki Jokowi menang dalam nilai mutlak. Sebagaimana penjelasan di awal, hasil survei Kompas mengkonstruksi sekaligus memberi pondasi bagi kepentingan petahana. Kita maklum bila media massa bersifat partisan, baik secara terbuka atau tersamar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline