Lihat ke Halaman Asli

Zaman Modern tapi Pemikiran Primitif

Diperbarui: 25 September 2019   10:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Indonesia merupakan negara yang indah. Tapi, tidak semua orang setuju dengan pernyataan itu. Banyak sudut pandang yang bisa kita eksplore sehingga kita bisa menyimpulkan apakah Indonesia ini indah atau tidak.

Seringkali saya melihat acara-acara di TV ataupun di Youtube yang menceritakan tentang kondisi negara-negara lain di dunia. Mereka bercerita bagaimana kehidupan dan kondisi alam di negara Jerman, Swiss, Jepang, Rusia, Amerika, dan lain-lain. 

Sepintas, kehidupan di sana lebih teratur dan tertata. Buat saya, hal itu memberikan persepsi tentang sebuah kemajuan, kemodern-an, dan peradaban yang tinggi. Secara tidak langsung saya bisa melihat dan mengukur diri, dimanakah posisi peradaban Indonesia ini.

Ketika terjun ke ruang publik, saya dihadapkan pada permasalahan-permasalahan yang nyata (re: kekacauan). Kemacetan, sampah, kota yang semrawut, dan permasalahan sosial seperti premanisme dan anak jalanan. 

Kota ini begitu tidak teratur dan tidak tertata. Orang-orang yang menikmati ketidakteraturan, mengganggu aktivitas warga yang lainnya. Saya meyakini, ada yang salah dengan cara hidup dan pola pikir masyarakat kita pada umumnya.

Anggaplah faktor ekonomi penyebab kekacauan itu. Tapi pada beberapa kasus, saya sering menemukan orang miskin yang berwibawa, berpikiran maju, taat pada aturan. 

Di sisi lain, saya menemukan orang kaya yang arogan, ingin menguasai manusia yang lainnya, dan mementingkan diri sendiri. Artinya, jika kita menyalahkan orang miskin atas kekacauan tersebut, saya kira itu keliru.

Hal yang paling tepat adalah mengklasifikasikannya ke dalam dua golongan, yaitu masyarakat yang berfikiran maju, dan masyarakat yang berfikiran primitif. 

Seringkali dalam banyak hal, orang-orang dengan pemikiran primitif inilah yang menghambat kemajuan. Biasanya, mereka menginginkan kemajuan, tapi tanpa disadari mereka adalah bagian dari kemunduran itu sendiri.

Orang-orang yang berfikiran primitif, menyebar di semua sendi kehidupan. Mereka ibarat kopi yang ditabur ke dalam sebuah gelas berisi air bening. Begitu menyebar. 

Itulah sebabnya kita jarang sekali menemukan kota-kota/lingkungan yang benar-benar "ideal" untuk ditempati atau dinikmati. Misalkan, di area sekitar jalan Dago, Bandung. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline