Lihat ke Halaman Asli

Yoyo

Lorem ipsum dan lain-lain seperti seharusnya

Papa Muntah Darah

Diperbarui: 25 Januari 2018   14:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber https://id.pinterest.com/pin/403635185331716962/

Pernahkah merasa bahwa doa Anda dikabulkan Tuhan? Sekarang saya sedang merasakan perasaan itu. Sejak peristiwa dijemput di bandara, hubungan saya jadi semakin dekat dengan Papa. Saya sering iseng menggodanya dengan cara memeluk dari belakang lalu menciumnya sambil mengatakan 'I love you, Papa'. Sehabis mencium, saya perhatikan muka Papa yang memerah karena malu. Dan entah kenapa saya selalu menikmati situasi itu. Untunglah Papa tidak pernah melarang atau menolak setiap kali saya menciumnya.

Tapi rupanya lama-lama Papa menjadi terbiasa dicium oleh anaknya. Mukanya tidak lagi memerah, bahkan belakangan sering pula dia yang tiba-tiba memeluk saya sambil berkata, "Yoyo, temenin Papa makan sate kambing, yuk?"

"Makan sate kambing di mana, Pa?"

"Ada langganan Papa di Roxy. Satenya empuk dan enak."

"Berdua aja?" tanya saya menegaskan.

"Kapan-kapan kita pergi berempat. Tapi sekarang Papa mau pergi berdua aja sama kamu."

Tentu saja saya bahagia sekali dengan ajakan itu. Mama dan A Koh pun terlihat heran melihat hubungan kami berdua semakin mesra. Minimal seminggu sekali, Papa suka mengajak saya ke luar rumah. Kadang cuma makan es krim, nonton film atau sekedar berjalan-jalan ke daerah kota seperti Glodok, Pasar Asem Reges dan Kebon Jeruk  untuk mencari sparepart mobil, motor dan sepeda untuk kelengkapan bengkel-bengkelnya. 

Saya tidak peduli mau diajak ke mana atau melakukan apa. Pokoknya kegiatan bersama Papa buat saya adalah quality time yang saya rindukan sejak kecil dulu. Sering saya merasa bahwa apa yang dilakukan Papa sepertinya hendak mengganti apa yang dulu tidak dia lakukan pada anak perempuannya ini. Mungkin beginilah cara Papa menebus apa yang seharusnya diberikannya dulu.

Suatu malam, saya menemani Papa berkunjung ke rumah tempat kelompoknya berkumpul. Sesampainya di sana, tiga orang orang yang umurnya sebaya dengan Papa menyambut kedatangan kami dengan hangat.

"Haiya, apa kabar, Pak Yo? You orang sibuk, ya? Kalau datang selalu paling telat," sindir seseorang.

"Maap teman-teman. Saya kan harus menunggu gadis cantik ini dandan dulu," jawab Papa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline