Lihat ke Halaman Asli

Yose Revela

TERVERIFIKASI

Freelance

Sisi Jujur Sebuah Masa Sulit

Diperbarui: 25 April 2020   03:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (Pixabay.com)

Pada masa pandemi Corona seperti sekarang, situasi serba sulit menjadi warna dominan. Akibat efek domino pandemi Corona, ada yang penghasilannya dipotong beberapa kali, ada yang harus rela tak digaji, bahkan dirumahkan. Penyebab dominannya, pendapatan perusahaan menurun, bahkan tak ada sama sekali.

Bagi mereka yang sumber penghasilan utamanya berasal dari sini, inilah awal masa sulit. Maklum, tabungan atau aset lain yang dipunya, akan menjadi tumpuan utama, entah sampai kapan.

Selebihnya tinggal diatur, supaya semua kebutuhan sehari-hari tercukupi tanpa harus menguras kantong. Entah disadari atau tidak, masa sulit karena pandemi Corona kali ini seolah menampilkan sebuah proses seleksi alam, terutama yang berkaitan erat dengan relasi personal kita.

Secara gamblang, masa sulit kali ini memisahkan dengan tegas, siapa yang peduli pada mereka yang sangat membutuhkan bantuan, siapa yang tidak peduli, bahkan menindas dengan memanfaatkan keadaan darurat.

Gambaran ini juga berlaku pada pihak yang mau berdonasi: ada yang ikhlas, walaupun ada juga yang punya maksud lain, layaknya bakso di dalam tahu.

Di sini, mereka yang mengklaim sebagai "keluarga", akan terbedakan secara sangat kontras, dengan mereka yang punya hubungan keluarga (atau kedekatan layaknya keluarga) meski tak pernah digembar-gemborkan.

Pertimbangan yang diambil, terutama mengenai keputusan penting, juga sangat kontras. Yang satu memutuskan tanpa memikirkan dampak dan pilihan setelahnya, demi mencari "aman" sendiri, dengan kata "tidak (mau) tahu" sebagai tameng andalan. Jadi, mereka bisa "cuci tangan" sampai bersih dan lari paling awa saat masalah datang.

Yang satu lagi memutuskan dengan pertimbangan menyeluruh, demi keamanan bersama, dengan "aktif mencari tahu" sebagai senjata utama. Jika ada masalah, mereka takkan takut apalagi lari tunggang langgang.

Secara personal, perbedaan ini akan menghasilkan rasa terkejut. Karena, yang getol mengklaim sebagai "keluarga" atau semacamnya, justru mempraktekkan penggalan lirik lagu "Serenata Jiwa Lara" dengan sempurna:

Bilang-bilang sayang lalu hilang tanpa bayang
Sesuka diri

Rasa terkejut itu akan makin sempurna, jika mereka getol mengajak kita terbuka, tapi justru membiarkan kita kesulitan, termasuk di saat seperti ini, bahkan menambah kesulitan itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline