Lihat ke Halaman Asli

Yose Revela

TERVERIFIKASI

Freelance

Ole, The (Real) Chosen One?

Diperbarui: 7 Maret 2019   21:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Independent.co.uk

Saat memutuskan pensiun sebagai pelatih Manchester United (MU) di akhir musim 2012/2013 lalu, Sir Alex Ferguson menetapkan sosok David Moyes sebagai penerus tahtanya di Old Trafford, dan Moyes pun bersedia. Dengan rekam jejaknya yang cukup bagus selama melatih Everton, banyak yang meyakini Moyes akan mampu meneruskan kegemilangan Fergie. Apalagi, Moyes berasal dari Skotlandia, sama seperti Fergie.

Karena dipilih dan direkomendasikan langsung oleh Fergie, Moyes pun mendapat julukan "The Chosen One" alias  "Dia Yang Terpilih". Moyes sendiri bahkan diikat kontrak selama enam tahun oleh manajemen MU. Dari sini saja, sudah tergambar seberapa besar harapan dan keyakinan MU atas sosok Moyes.

Tapi, perjalanan "The Chosen One" di Old Trafford hanya berlangsung singkat, tak sampai setahun. Karena, MU gagal total di seluruh kompetisi yang mereka ikuti, dengan hanya meraih trofi Community Shield di awal musim 2013/2014. Apa boleh buat, sebutan "The Chosen One" yang sempat disandang Moyes di MU kerap dipelesetkan secara sarkastik menjadi "The Chosen One to Destroy United".

Setelahnya, MU lalu mempekerjakan dua pelatih berpengalaman dalam diri Louis Van Gaal (Belanda, 2014-2016) dan Jose Mourinho (Portugal, 2016-2018). Harapannya, mereka dapat memperbaiki prestasi tim dalam waktu singkat. Tentunya, dengan rekam jejak Van Gaal dan Mou, seharusnya ini bukan perkara berat.

Memang, keduanya sama-sama sangat royal dalam hal berbelanja pemain, dan masing-masing mampu memberikan trofi juara; Van Gaal meraih satu gelar Piala FA, dan Mou meraih 1 gelar Piala Liga, 1 gelar Community Shield, dan 1 gelar Liga Europa. Tapi, mereka sama-sama dipecat karena dianggap gagal memenuhi ekspektasi tinggi Manchunian dan manajemen klub.

Situasi yang dialami MU setelah Fergie pensiun, dan "musim gagal total" di bawah David Moyes secara nyata menggambarkan, terminologi "The Chosen One" lebih rumit dari kelihatannya. Karena, di sini, "The Chosen One" bukan hanya sebatas pada nama pelatih yang rekomendasikan Fergie atau CV mentereng pelatih berpengalaman. "The Chosen One" lebih kepada kemampuan seorang pelatih (siapapun dia) untuk membangun tim yang kuat (secara teknis dan mental bertanding), dan harmonis, baik di dalam maupun di luar lapangan.

Dan, pada musim 2018/2019 ini, sosok "The Chosen One" itu justru muncul secara tak terduga, dalam situasi kurang ideal. Tepatnya, saat performa MU sedang terpuruk, dan berujung pada pemecatan Jose Mourinho, tak lama setelah MU ditekuk Liverpool, pertengahan bulan Desember 2018 silam. Sosok itu adalah Ole Gunnar Solskjaer, legenda MU yang kini menjadi pelatih interim Romelu Lukaku dkk.

Normalnya, dalam situasi serba tak ideal seperti ini, pelatih jenius sekalipun akan sulit membenahi kondisi tim dalam sekejap. Apalagi, Ole tak mendatangkan seorang pun pemain baru di bursa transfer musim dingin.

Tapi, di luar dugaan, Ole mampu membuat grafik performa MU meningkat drastis di lapangan, dan begitu harmonis di ruang ganti. Tak hanya itu, Ole juga mampu membangkitkan mental baja MU seperti di era Fergie. Ini terlihat dari beberapa kemenangan yang diraih MU, setelah sebelumnya sempat tertinggal lebih dulu. Hal ini membuat kita semua seperti bertemu kembali dengan MU yang dulu, tim yang begitu ulet dan kuat.

Terakhir, mental baja itu kembali terlihat, saat MU mendepak PSG, di perdelapanfinal Liga Champions musim ini. Secara luar biasa, David De Gea dkk mampu mengalahkan PSG di Parc Des Princes dengan skor 3-1, Kamis, (7/3, dinihari WIB) berkat sepasang gol Romelu Lukaku dan penalti Marcus Rashford di menit akhir pertandingan. Hasil ini menjadi satu kejutan tersendiri, karena di leg pertama, MU takluk dengan skor 0-2, satu-satunya kekalahan Ole sejauh ini sebagai pelatih sementara MU sejauh ini.

Menariknya, dari sosok Ole dan kiprahnya sebagai pelatih sementara MU sejauh ini, saya justru melihat, ada kaitan unik, antara takdir Ole sebagai seorang "supersub" buat MU (seperti perannya saat masih bermain), dan pencarian sosok "The Chosen One" di kursi pelatih MU.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline