Lihat ke Halaman Asli

Yonanda Dwiqi Sabila Cahyani

Mahasiswa Universitas Tidar

Rukun Iman dan Tingkatan Iman

Diperbarui: 26 November 2021   15:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Iman berasal dari bahasa Arab yaitu kata amana-yu'minu- imanan yang berarti bahwa percaya atau membenarkan.

Al-Ghazali memberikan arti Iman yaitu "pembenaran". Iman adalah membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan dan mengamalkan dengan anggota badan.

Definisi Iman yang pertama adalah membenarkan dengan hati yang dimaksud disini adalah menerima segala sesuatu apa yang dibawa oleh Rasullullah SAW. 

Definisi yang kedua yaitu mengikrarkan dengan lisan yang berarti bahwa sebagai manusia yang beriman harus mengerti dan mampu mengucapkan dua kalimah syahadat. Kalimah sayhadat merupakan asas dan dasar dari lima rukun Islam, sebagai ruh, inti dan landasan seluruh ajaran Islam. 

Kalimah syahadat berbunyi "Laa ilaha illallahu wa anna Muhammadun Rasulullah" yang berarti "tidak ada sesembahan yang hak kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah". Definisi yang selanjutnya adalah mengamalkan dengan anggota badan, maksudnya adalah keyakinan diamalkan melalui hati dan ibadah dilakukan dengan anggota badan sesuai dengan fungsinya.

Rukun Iman

  • Iman kepada Allah
  • Iman kepada Malaikat
  • Iman kepada Kitab
  • Iman kepada Nabi dan Rasul
  • Iman kepada Hari Akhir
  • Iman kepada Qada dan Qadar

Tingkatan Iman

Imam Ghazali membagi Iman menjadi 3 tingkatan, yaitu :

  • Iman Taqlidi

Iman Taqlidi merupakan Iman yang kebanyakan orang yang tidak berilmu, maknanya kita akan mudah percaya pada orang lain yang kita tau bahwa orang tersebut belum pernah berdusta dan kita sama sekali tidak meragukan apa yang diucapkannya.

  • Iman Istidlali

Iman Istidlali merupakan beriman yang cukup berdasarkan pada dalil aqli dan naqli artinya ketika kita mendengar berita bahwa ibu ada dikamar kemudian tidak sengaja mendengar suaranya sedang berbicara maka kita akan percaya akan keberadaan ibu tersebut. Iman ini mungkin juga terjadi kesalahan karena mungkin apa yang kita dengar hanyalah kemiripan semata.

  • Iman Tahqiqi

Iman Tahqiqi merupakan Iman dengan membuktikan melalui penyaksian. Misalnya ketika kita masuk ke kamar benar-benar mendapati ibu yang sedang berbicara pada ayah hal tersebut nyata dan benar adanya maka Iman pada tingkatan ini jarang terjadi kesalahan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline