Lihat ke Halaman Asli

Yohanes Manhitu

Murid abadi: penulis dan penerjemah

Kini Masih Ada Bulan

Diperbarui: 11 Agustus 2020   22:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar: https://www.freecreatives.com

Oleh: Yohanes Manhitu

Beberapa malam ini ada bulan
yang lembut bersinar di atas sana
walau dari siang hingga tiba petang,
titik-titik hujan sebesar biji sorgum,
dan sekerdil jewawut yang mandul
sibuk membasuh wajah kota kami.

Sinar bulan begitu cerah, indah
sehingga helai-helai daun palem,
lembar-lembar daun melati putih
dan pucuk-pucuk pohon rambutan,
tak ketinggalan kaca-kaca Kijang,
tampak bangga memancarkannya.

Kota kami telah lama dibuai mimpi
yang diantar dengan alunan musik
gubahan kelompok tikus remaja kota
dan konser sepasukan jangkrik musisi
yang telah lama impikan alam basah

'tuk turut rasakan sejuk joie de vivre.

Bumi kami telah lama rindukan bulan  
yang kuasa korbankan sinar kepolosan,  
yang resapkan percikan cahaya takzim,
yang dinginkan api di rongga dada kami,
yang terangi labirin gelap di kepala kami.
Wahai bulan, ingin kami berteriak lantang
dari balkon-balkon hati yang tak beratap:
Lihatlah wahai dunia, habemus lunam

Pugeran Timur, Jogja, 28 November 2004 

-----------------------------------

Catatan: 1. joie de vivre = kenikmatan hidup (bahasa Prancis);

2. habemus lunam = kini kita punya bulan (bahasa Latin).




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline