Lihat ke Halaman Asli

Yohanes Maharso

Communers'19

Disney, Ancaman Serius bagi Film Animasi Indonesia!

Diperbarui: 8 November 2020   21:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

disneyplus.com

Masih ingat dengan tokoh Alice dalam film Alice in Wonderland? Tentu, kita masih ingat. Alice dan tokoh-tokoh film Disney lainnya menemani kita saat masa kecil, bahkan hingga saat ini. Disney membuat kita jatuh cinta para setiap karakter yang disajikan dalam setiap film Disney. Kita juga selalu menantikan film terbaru yang dikeluarkan dari Disney.

Mengapa kita sangat menyukai film Disney? Kita tentu punya alasan yang beragam. Sebagian mungkin beralasan karena alur cerita yang disajikan sangat menarik dan unik. Sebagian lagi beralasan karakter yang ditampikan sangat ikonik dan keren. Sedangkan, yang lain mungkin beralasan film Disney selalu memberikan pesan yang mendalam dan tidak dapat diprediksi sebelumnya.

Sebelum mengulas lebih jauh mengenai alasan kita lebih memilih film Disney, kita perlu mengenal terlebih dahulu mengenai perusahaan Disney. Disney merupakan salah satu perusahaan media terbesar di dunia. Perusahaan yang didirikan pada tahun 1890 oleh Walter Disney ini mengalami perkembangan yang pesat dari tahun ke tahun. Perkembangan ini tidak dapat dilepaskan dari usaha Disney untuk terus beradaptasi dengan perkembangan dan kebutuhan pasar.

Perkembangan Disney tidak hanya dari berasal dari internal saja. Perkembangan Disney tidak dapat dilepaskan juga dari proses akuisi beberapa perusahaan. Misalnya, pada tahun 2006, Disney mengakuisisi Pixar, dan pada tahun 2009 Disney mengakuisisi Marvel. Akuisisi pixar oleh Disney dapat kita lihat dalam film Toy Story, salah satu film yang diproduksi oleh Disney dengan Pixar.

Untuk menguatkan posisinya sebagai perusahaan media kelas dunia, Disney memiliki beragam produk dan anak perusahaan yang tersebar di banyak negara. Disney membuka taman hiburan bernama Disneyland. Tokoh-tokoh dalam film disajikan dalam Disneyland, tentu dengan berbagai merchandise yang dapat diperoleh oleh pengunjung. Tidak hanya taman hiburan saja, Disney juga bergerak di bidang jaringan media.

Strategi dan inovasi terus dilakukan oleh Disney untuk memperkuat perusahaannya. Salah satu strategi menarik dapat kita temukan dalam beberapa film Disney. Untuk menarik masyarakat lokal, Disney berusaha menampilkan kebudayaan lokal dalam film-filmnya. Salah satu contohnya adalah Mulan.

Strategi ini sebenarnya digunakan Disney untuk mengambil hati penonton. Penonton dibuat merasa lebih dekat dengan tokoh-tokoh yang disajikan dalam film. Tentu, hal ini membuat kita semakin jatuh cinta dengan film-film yang disajikan oleh Disney.

Tak heran, kecintaan masyarakat Indonesia pada film-film Disney tampak dalam kontribusi penonton Indonesia pada film-film Disney. Indonesia menyumbang sekitar 200 miliar rupiah untuk film Frozen 2. Lalu sekitar 125 miliar rupiah untuk Lion King, dan 480 miliar rupiah untuk film Avengers dengan total sekitar 11 juta penonton.

Sayangnya, kecintaan masyarakat Indonesia pada film animasi Disney menjadi ancaman bagi film animasi Indonesia. Saya pribadi menjadikan film animasi Disney menjadi semacam 'standar' film animasi yang ingin saya tonton. Saya melihat bagus atau tidaknya sebuah film animasi menggunakan standar yang saya miliki, yaitu film Disney.

Artinya, kalau film animasi tertentu memiliki kualitas yang lebih rendah daripada film Disney, film tersebut dapat saya kategorikan sebagai film yang kurang bagus.

Saya rasa, sebagian besar dari penonton Indonesia hampir sama dengan saya dalam melihat kualitas film animasi. Film Disney menjadi standar dalam melihat bagus atau tidaknya sebuah film animasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline