Lihat ke Halaman Asli

Yohanes Budi

Menulis kumpulan cerpen "Menua Bersama Senja" (2024), Meminati bidang humaniora dan pengembangan SDM

Musik 90s, Terlalu Manis untuk Dilupakan

Diperbarui: 9 Januari 2021   20:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Musik. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Di malam yang dingin dan gelap sepi, benakku melayang pada kisah kita. Terlalu manis untuk dilupakan, Kenangan yang indah bersamamu. Tinggalah mimpi, Terlalu manis untuk dilupakan. Walau kita memang tak saling cinta. Tak kan terjadi. 

Begitulah Slank mengisahkan kenangan atas kisah cintanya dan juga slanker fanatiknya. Lagu "Terlalu Manis" yang dirilis tahun 1991 dalam album "Kampungan", bersama dengan lagu hit "Mawar Merah" berhasil membangkitkan antusiasme pada musik Indonesia.

Setidaknya, cinta pada musik Indonesia menjalar ke sudut-sudut sekolah, kampus, juga komunitas anak-anak muda yang suka nongkrong. Ambil gitar dan mulai memainkan.. Lalu semua temannya menyahut serempak: terlalu manis untuk dilupakan... Setelahnya, kami pun tertawa bersama dengan riang. Dan, di awal tahun 2021 ini, saya berupaya kembali mencium aroma nostalgianya. 

Rasa-rasanya, lagu-lagu era 90-an tidak ada yang tidak enak didengarkan, baik saat sendiri maupun bersama dengan teman. Bisa menikmati lagu-lagu yang hit serasa menikmati kemewahan, di tengah keterbatasan akses media sosial atau kanal elektronik. Maka, mendapatkan hadiah atau berhasil membeli kaset band-band ternama adalah sukacita.

Sejatinya, mendengarkan lagu-lagu tahun 90-an adalah nostalgia yang rawan bahaya. Iya, bahaya ketagihan untuk terus mendengarkan, sekaligus melambungkan bermacam kenangan pada masanya. 

Semisal di lagu "Begitu Indah" yang berlirik khas Padi, saya seperti terhipnotis oleh vokal Fadly yang bening, jernih, dan melengking tinggi. Lihat saja liriknya yang begitu puitis dan menyentuh. 

Bila cinta menggugah rasa, begitu indah mengukir hatiku. Menyentuh jiwaku. Hapuskan semua gelisah. 

Duhai cintaku, duhai pujaanku. Datang padaku, dekat di sampingku. Kuingin hidupku selalu dalam peluknya. 

Terang saja aku menantinya. Terang saja aku mendambanya. Terang saja aku merindunya. Karena dia, karena dia. Begitu indah

Duhai cintaku, pujaan hatiku. Peluk diriku, dekaplah jiwaku. Bawa ragaku melayang memeluk bintang

Terang saj aku menantinya. Terang saja aku mendambanya. Terang saja aku merindunya. Karena dia, karena dia. Begitu indah. 

Begitulah cara Padi memikat penggemarnya, yakni melalui syair-syair yang indah. 

Setelah kemunculan lagu "Begitu Cinta" dan "Mahadewi" di tahun 1999 yang sangat populer itu, saya juga menyimak lagu-lagu Padi yang lainnya hampir setiap hari. Pagi dan sore di saat senggang, saya standby mendengarkan lagu-lagu Padi.

Tentu Anda juga memiliki lagu favorit era tahun 90-an. Maka, mari nikmati kembali ditemani secangkir kopi. Sebab rasa-rasanya memang terlalu manis untuk dilupakan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline