Lihat ke Halaman Asli

Price of Blood #Epilog

Diperbarui: 17 Juni 2015   18:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Epilog

Suara desingan peluru masih bising membabi buta, Danny bersandar barang-barang yang ada di ruangan itu untuk berlindung. Di tangannya juga terdapat senjata api kesayangannya, iapun muncul untuk membalas serangan peluru yang sedang berlomba untuk mencabut nyawanya.

Sejauh ini masih belum ada yang berhasil melukainya, tak satupun peluru dari musuhnya menembus dagingnya. Meski di tengah pertempuran itu rasa sakit di kepalanya sempat menghujam, tapi ia tak membiarkan hal itu mengalahkannya. Membuatnya lemah, selama ini ia mampu survive dari segala maut yang hendak menyentuhnya. Hanya rasa sakit seperti itu tidak akan mampu membuatnya menciut, ia tetap berusaha melaksanakan tugasnya dengan baik. Dalam sekejap ia berhasil melumpuhkan semua musuhnya, dan sekarang senjata api di tangannya sedang ia todongkan ke kepala seorang pria berdarah Indo-Jerman. Dia adalah bos mafia yang memegang peredaran obat bius ilegal.

"Akan ku berikan setengah dari asetku padamu jika kau melepaskan aku!" tawar pria itu, "aku dengar soal penyakitmu, mungkin sa....!"

Dorr....dorr....dorrrr.......

Sebelum pria itu menghabiskan ucapannya, Danny sudah lebih dulu menghabisi nyawanya dengan melemparkan tiga buah timah panas menembus otaknya.

* * * * *

Dokter menvonis bahwa ia hanya bisa bertahan hingga beberapa bulan saja, tapi ternyata Tuhan masih memberikannya kesempatan hidup sedikit lebih lama. Ia mampu bertahan hingga lebih dari satu tahun, membuktikan bahwa penyakitnya tidak mampu melemahkannya. Peluru tak mampu merenggut nyawanya, pisau juga tak sanggup membunuhnya. Tapi sebuah racun berbahaya yang menyerang otaknya akhirnya membuatnya terbunuh, ia meninggal di rumahnya, di ranjangnya. Ia memang tak mau di rawat di rumah sakit, ia lebih memilih melawan penyakitnya dengan caranya sendiri. Iapun bisa meninggal dengan tenang tanpa khawatir akan putrinya, karena Sharon dan Sammy akan saling menjaga. Ia bisa meninggal dengan bahagia karena satu persatu misteri tentang hidupnya terungkap hingga ia bisa merasa lengkap.

The End

* * * * *

 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline