Lihat ke Halaman Asli

Syarif Dhanurendra

www.caksyarif.my.id

Pertanian dalam Society 5.0

Diperbarui: 8 Juli 2022   19:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Freepik.com

Pertanian dalam Society 5.0. Melihat topik pilihan yang tadi malam naik, saya teringat catatan kecil yang belum sempat dipublikasikan. Tulisan ini menyangkut tiga hal: bonus demografi, tradisi bertani, dan jangan tua sebelum kaya. Ketiga hal ini saling terkait, karena data yang ada di lapangan menunjukkan hal demikian.

Krisis ekologis telah mulai didengungkan para ilmuan 1,5 dekade terakhir. Salah satu tulisan yang mengabarkan ekologi manusia tidak lagi baik-baik aja merupakan tulisan dari David Wallace-Wells yang bertajuk Bumi Yang Tidak Bisa Ditempati.

Tulisan ini terbit untuk menguraikan keadaan ekologis yang terus menjadi kurang baik akibat brutalnya revolusi industri. Kala permasalahan tersebut belum teratasi seluruhnya, timbul bencana kesehatan ialah pandemi virus corona.

Pandemi mulai menyebar semenjak Maret 2020, kini sudah 2 tahun pandemi berjalan. Walau pun hari ini sudah mulai membaik. Waktu yang kurang produktif sepanjang masa pandemi tersebut menimbulkan ancaman krisis di depan mata. Krisis yang disebabkan oleh pandemi pasti krisis kesehatan yang berdampak pada krisis pangan.

Krisis pangan pasti bisa terus menjadi merendahkan kesehatan manusia. Meningkatkan pemahaman buat kemandirian pangan pada generasi muda sangat diperlukan. Bersumber pada informasi dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2020- 2030, Indonesia hadapi bonus demografi. 

Jumlah penduduk umur kanak-kanak serta umur muda lebih banyak. Kemampuan ini wajib dioptimalkan buat menanggulangi 2 kasus kritis tadi. Bila tidak dimanfaatkan, hingga bonus demografi cuma jadi kalangan rebahan yang sama sekali tidak produktif sampai merugikan warga.

Generasi yang lahir pasca 2000 an ialah generasi yang akrab dengan gawai. Ini merupakan kemampuan SDM Indonesia yang tidak dipunyai negeri lain. Mayumi Fukuyama, periset Jepang pada 2016 menciptakan penemuan kalau Jepang lagi mengalami masalah kependudukan. Di negeri tersebut, penduduk umur produktif mulai menyusut serta tingkatan nartalitas rendah.

Bercermin dari Jepang, Indonesia sepatutnya sanggup menggunakan bonus demografi yang dimilikinya. Kemampuan sumber energi manusia lewat bonus demografi nyatanya pula disokong oleh keberadaan sumber energi alam Indonesia yang kaya raya, terlebih pada zona pertanian. 

Menyatukan kemampuan sumber daya alam serta sumber daya manusia Indonesia wajib lekas dicoba buat menanggulangi ancaman krisis pangan. Jembatan buat menyatukan kemampuan kedua sumber energi tersebut merupakan pertanian.

Pertanian dalam Society 5.0

Foto: Freepik.com

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline