Lihat ke Halaman Asli

Julian Haganah Howay

Journalist and Freelance Writer

Memori Pergantian Tahun 2016 yang Kelabu di Atlanta

Diperbarui: 5 Januari 2018   20:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

eventbrite.com

HUJAN rintik-rintik masih mengguyur Kota Atlanta, ibu kota negara bagian Georgia, AS, membuat langit malam tak berbintang. Kondisi cuaca seperti ini sudah berlangsung selama beberapa hari hingga jelang pergantian tahun: 31 Desember 2016 menuju 1 Januari 2017.

Dari lantai dua sebuah blok apartemen modern berlantai tiga milik satu Yayasan Kristen yang berlokasi di kawasan pinggiran Kota Atlanta, saya tak henti-hentinya memandang keluar kaca jendela yang lembab  oleh percikan air hujan.

Gerimis malam yang terus berpacu dengan waktu menciptakan spektrum cahaya dari sumber cahaya yang jauh. Cahaya ini membias diantara celah-celah deretan pohon pinus (pine trees)yang tumbuh tak jauh dari apartemen kami.

Bila ada salju turun di siang hari, pekarangan apartemen tempat kami tinggal hingga deretan puncak-puncak pinus dan dedaunannya akan tertutup salju nan putih merona. Pemandangan ini akan terlihat sangat indah, seperti di film bertema Natal dengan sosok Sinter Klas (Santo Nicolaus).

Musim dingin (winter) ditambah intensitas curah hujan yang tinggi pada tiap penghujung Desember saat itu, sedang menerjang sebagian besar negara bagian di Amerika Serikat. Membawa hawa dingin yang dapat menembus celah-celah pintu dan jendela hingga menyergap seisi ruangan di apartemen kami. Dalam situasi begini, tubuh kita butuh balutan jaket atau pakaian tebal.

Bila suhu udara telah mencapai di bawah minus nol derajat celcius, hempasan udara dingin di luar akan membawa muatan butiran-butiran salju dari angkasa yang menutupi setiap ruang di permukaan tanah, termasuk rumah, pepohonan, rerumputan, mobil, dan sebagainya.

Butiran-butiran salju biasanya dapat menumpuk hingga membentuk gumpalan tebal. Kalau sudah begitu, udara dingin yang ekstrim ini hanya bisa dihalau dengan pemanas ruangan (heater)yang kemampuannya terbatas di ruangan apartemen kami.   

Kali ini gerimis yang menyertai langit malam yang pekat tidak memberi tanda bahwa akan turun salju. Hal ini juga sudah dikonfirmasi sistem perangkat lunak otomatis di smart phone yang berisi informasi detail prakiraan cuaca di Kota Atlanta dan sekitarnya.

Di apartemen yang bentuknya mirip kotak kayu bertingkat ini, sejak tiba dari Phoenix, Arizona pada 22 Desember 2016, saya telah menumpang selama semingga disini ditemani tiga orang pria perantau dari Indonesia untuk menikmati liburan Natal. Dua dari tiga perantau ini berasal dari Papua. Salah satunya sudah menetap di AS selama belasan tahun untuk bekerja.

Pria Papua yang satunya sudah tiga tahun bermukim di AS. Sementara seorang lagi merupakan pria paruh baya beretnis Tionghoa asal Tanggerang. Dia baru beberapa bulan berada di Atlanta melalui jasa seorang agen perantara beretnis Tionghoa yang menyediakan jasa tenaga kerja di AS. Usianya sekitar 50-an tahun, tapi semangatnya melanglang-buana ke luar negeri untuk bekerja sangat tinggi. Mereka bertiga nekat merantau ke AS untuk mengubah nasib.

Seminggu tinggal se-apartemen dengan mereka membuat saya merasa telah menjadi saudara mereka di tanah rantau. Kami telah berencana menikmati detik-detik malam pergantian tahun 2016 ke 1 Januari 2017 yang bertempat di Taman Olimpiade "Centenial Olympic Park"di pusat kota Atlanta. Tapi itu bila cuaca memungkinkan!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline