Lihat ke Halaman Asli

Syarifah Lestari

TERVERIFIKASI

www.iluvtari.com

Lewat Momen Isra Miraj, Sila Koreksi Logika Beragama Kita!

Diperbarui: 23 Maret 2020   14:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Photo by on Unsplash

Empat belas abad silam, dalam rentang tahun 600-an Masehi, Nabi Muhammad saw diberangkatkan dari Makkah ke Yerusalem. Kalau kita hidup di zaman itu, mungkin gak bakal percaya juga.

Gak logis! Jarak 1756 km ditempuh hanya semalam, mustahil! Kebayang, kalau kita saat itu sudah lahir dan berada di Mekah, mungkin nongkrongnya bareng Abu Jahal, Abu Lahab, dll. Kenapa? Ya karena logika.

Apalagi sebelum peristiwa Isra Mikraj terjadi, Nabi mengalami kesedihan bertubi-tubi. Ditinggal wafat orang-orang yang beliau cintai. Tentu banyak di antara "gank kita tadi" yang berprasangka bahwa Nabi sedang halu, saking stresnya.

Itu kedengaran lebih logis kan, daripada percaya seorang yang dulunya cuma gembala kok ngaku-ngaku ke Syam dalam semalam. Padahal sebelumnya dagang dari kampung ke tanah para nabi itu makan waktu bulanan juga.

Beda cerita kalau Isra Mikraj terjadi sekarang, gak perlu tebal-tebal iman, kita pasti percaya.  Kabarnya jarak dua tempat itu lebih kurang sama dengan Jakarta-Surabaya. Itu kata si Syamil, temannya Dodo.

Artinya, kebenaran tetaplah kebenaran. Hanya masalah waktu yang membuat logika kita bisa menerimanya.

Pernah pula datang seseorang kepada Nabi, ia membawa tulang yang rapuh lalu meremasnya hingga bertaburan. "Muhammad," katanya, "apa iya Allah akan menghidupkan lagi tulang yang sudah hancur ini?"

Niatnya mengolok-olok, karena menurut logikanya, gak mungkin tulang yang sudah jadi serpihan bisa dibangkitkan kembali. Jadi yang sekarang gak percaya akhirat dan ngomong gitu, ketinggalan zaman!

Itulah sebab turunnya surah Yasin ayat 77-80. Pada ayat itu Allah membalas olok-olok dengan lebih elegan, "Lah, bikin elu kan bisa? Cuma dari mani, apalagi membangkitkan dari tulang!" itu kalimatku aja sih, gak boleh dipakai sembarangan.

Begitulah logika, dielu-elukan. Diberi akal untuk berpikir logis, tapi justru dibuat menentang aturan Allah dengan alasan tidak sesuai logika. Jadi "alat" yang dibuat untuk mudah menerima aturan, malah dijadikan senjata ketika aturan itu tidak cocok dengan alatnya.

Padahal kalau beneran mau logis, seharusnya alat tersebut yang menyesuaikan dengan ketentuan Sang Pembuat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline