Lihat ke Halaman Asli

M.Dahlan Abubakar

Purnabakti Dosen Universitas Hasanuddin

M Basri Pernah "Dikerjai" oleh Ramang (68)

Diperbarui: 5 Juni 2021   21:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

M. Basri - Dokpri

 M.Basri  dilahirkan di Makassar, 5 Oktober 1942, termasuk salah seorang pemain PSM yang pernah bermain dengan Ramang. Sebagai pemain muda usia, dia selalu bangga dan ingin memiliki kemampuan seperti yang dimiliki Ramang. Sebagai pemain muda, Basri selalu memperoleh support dari Ramang. Soalnya, kalau dia tidak dukung, mana bisa masuk squad PSM.

Tidak ada yang meragukan dia sebagai pemain bola. Tubuhnya atletis. Tinggi, ideal sebagai pemain bola. Sisa-sisa keperkasaannya sebagai pemain bola masih tampak sekarang. Dalam usia yang 68 tahun, Basri masih bugar. Kalau saja dari sisi stamina tak ada masalah, dengan postur seperti  itu sebenarnya beliau masih dapat turun berlaga. Apalagi, Basri tidak seperti kebanyakan pemain sepakbola yang lain. Habis jadi pemain, langsung berurusan dengan 'asap', merokok. Basri tidak 'jalani' itu. Bahkan minuman beralkohol pun tidak. 

Ada satu pengalaman Basri yang terkait dengan Ramang. Ketika usia 17 tahun, Basri memperkuat klub MOS dalam kompetisi PSM. Lawan MOS kala itu adalah Persis. Ramang juga ikut main. Suatu saat Ramang membawa bola, sebagai pemain belakang, Basri tidak ingin membiarkan Ramang lewat begitu saja menggiring bola. Basri berusaha merebut si kulit  bundar. Bola 'terampas', Ramang pun terjatuh.

 ''Hati-hati anak muda,'' desis Ramang ketika bangun dari jatuhnya.

 ''Saya juga mau maju, Pak!'' gumam Basri.

Sehabis jatuh, Ramang muncul lagi. Biasa, menggiring si kulit bundar. Tepat di depan Basri, dia dorong bola separuh jarak dari dirinya dengan pemain MOS di depannya. Basri tidak ingat, bagaaimana proses tackling itu terjadi. Yang pasti, Basri baru tahu dirinya sudah diangkat ke luar lapangan. Tiga minggu dia tidak bisa goyang. Kalau mau jongkok saja, dia harus setengah berdiri. 

 ''Ramang itu pemain brillian. Tetapi itulah negatifnya, kalau dia mau 'makan' orang, pasti kejadian,'' kenang Basri dalam wawancara yang berlangsung 90 menit itu di Hotel Makassar Golden.

Basri memperkirakan, penyakit yang diderita Ramang di usia lewat setengah abad lahir karena kebiasaannya. Salah satu kelemahan dia, sehabis main selalu buka baju. Dia sedikit sombong, karena memiliki kemampuan. Hanya tidak secara transparan diperlihatkan. Ketika main dengan Basri, kalau Ramang dapat 10 misalnya, pemain-pemain muda dapat 2 sudah gembira dan bangga.

Sebagai pemain, dia memang luar biasa. Komplit. Dia sosok yang sangat dikagumi. Basri memperoleh banyak pelajaran dari dia. Ketika Basri bermain dengan Ramang, perhatian Panglima Kodam Hasanuddin waktu itu (M.Jusuf) cukup besar. Malah, almarhum jenderal yang mantan Menteri Pertahanan tersebut selalu mengontrol pemain PSM. Kerap sekali, M.Jusuf makan siang dengan para pemain menjalani training center (TC) di Gedung Olahraga Mattoangin. Pada masa itu, para pemain PSM sempat dilatih ala militer. Selama sebulan dikirim ke Pakatto. Di Resimen Infantri Kodam (Rindam) VII tersebut para pemain menjalani latihan laksana prajurit yang baru diterima. Berlari, tiarap, merayap, dan melompati rintangan. Hanya saja, kata Basri, para pemain minta agar tidak ditembaki ketika latihan merayap. Bisa-bisa jadi sasaran peluru tajam.      

Pada tahun 1967-1968, tiga pemain PSM ditawarkan jadi polisi, Basri, Manan, dan John Simon. Pangkatnya lumayan, langsung IP2. Basri tidak tertarik, hanya Manan dan John Simon yang menerima tawaran tersebut. Waktu Mayor Syamsuddin -- kini Wakil Menteri Pertahanan -- (ayah Jenderal Sjafrie Syamsoeddin) ditawari masuk Akabri, juga ditolak Basri. Hanya Solong dan Rasyid Dahlan menerima tawaran jadi tentara. Pangkatnya, letnan dua.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline