Lihat ke Halaman Asli

Ina Tanaya

TERVERIFIKASI

Ex Banker

Jokowi Perankan Diplomasi Ulung untuk Perdamaian Perang Rusia-Ukraina

Diperbarui: 1 Juli 2022   21:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

nasional.kompas.kom (Dok.Sekreatariat Presiden)

Latar belakang perang Ukraina-Rusia

Tanggal 24 Pebruari 2022 adalah hari yang sangat penting bagi penduduk Ukraina . Pada tanggal itu Presiden Rusia, Vladimir Putin mengumumkan secara resmi perang terhadap Ukraina dimulai.

Sejak hari itu selalu terdengar ledakan bom dan senjata api menderu-deru di atas langit Ukraina.  Serbuan dan letusan bom itu telah menjatuhan sejumlah kota-kota di Ukraina seperti Kyiv, Odessa, Kharkiv dan Mariupol.

Warga di kota-kota yang diobrak-abrik oleh letusan senjata api, membuat warga Ukraina porak poranda.  Rumah yang mereka tinggalin selama ini runtuh total hingga rata.  Mereka yang terkena letusan harus dirawat di rumah sakit.  Mereka yang merasa tidak aman dan tegang terpaksa mengevakuasi diri ke kota lain yang dianggap aman.

Serasa keamanan dan kenyaman telah hilang lenyap di negara yang dikenal atau disebut sebagai "The Bread Basket of Europe" atau "keranjang roti Eropa". Kenapa?  Negara-negara dalam kesatuan Ukraian ini merupakan negara agraris , penghasil gandung, barley rye, bunga matahari, biji-bijian, bit dan minyak nabati.  Komoditas ekspor yang mensejahterakan seluruh Eropa.

Awalnya Ukraina sebelum dipimpin olehPresiden  Zelensky, sangat akrab dengan Rusia.  Sayangnya, kiblat telah berganti, sang Presiden lebih suka bersekutu dengan NATO dan dekat dengan negara Barat.

Sebelum Perang Dunia II, Uni Soviet mampu mengalahkan Jerman dan menjadi negara besar menyatukan negara-negara di Eropa bagian Timur menjadi Komunis. Selanjutnya dibawah pemerintahan Presiden Rusia Boris Yeltsin , Rusia,Ukraina dan Belarusia membentuk Commonwealth of Independent States.

Hubungan Rusia dan Ukraina memanas lagi sejak tahun 2014 karena menentang supremasi Rusia.  Sempat berdamai di tahun 2015.

Keinginan Ukraina untuk bisa bergabung dengan Uni Eropa (UE) dan NATo membuat Putin marah besar.  Tak terbendung lagi, Rusia segera menyiapkan tank dan militernya untuk menyerbu Ukraina.

Sayangnya, campur tangan negara adidaya, Amerika Serikat yang memperingatkan Rusia untuk berhenti menyerang Ukriana.  Jika tidak dilakukan ancaman sanksi ekonomi akan diberlakukan kepada Rusia. Negara-negara Eropa ikut-ikutan memboikot pembelian energi gas dari Rusia.  

Yuk dibaca tulisan saya tentang krisis energi di Eropa Barat karena boikot yang mereka lakukan terhadap Rusia di sini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline