Lihat ke Halaman Asli

A. Dahri

Santri

Sound of Borobudur; Peradaban tentang Keberagaman

Diperbarui: 11 Mei 2021   05:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Takaitu.id

"Yadyad vibhti mat sattvm r-mat rjitam ev v, tat tad avagaccha tvm mama tejah ama sambhavam"

Apapun yang memiliki keindahan, keagungan dan kekuatan. Ketahuilah semua itu berasal dari kepingan keagungan-Ku.
Bhagavad Gita 10.41

Warisan budaya ibarat gerak air dari hulu ke hilir. Muaranya satu, yaitu cinta. Jika berbicara cinta maka frase yang tepat untuk itu adalah keindahan. Keindahan sebuah proses, tahapan-tahapan dan hasil atau tujuan. 

Hal itu bisa tercermin dari warisan-warisan budaya dan intelektual; bisa berupa manuskrip, prasasti dan bangunan-bangunan dengan relief-relief. Bukan perkara benar dan salah lagi, melainkan upaya untuk mengilhami sebuah warisan sebagai akar kebudayaan dan gerak intelektual.

Tentu manfaatnya jelas, untuk perkembangan dan kemajuan generasi mendatang. Seperti halnya tutur tinular, peradaban itu digambarkan dalam berbagai bentuk di dinding candi. 

Kembali kepada aspek keindahan di atas, maka yang menjadi titik balik dari sebuah budaya adalah kesadaran akan keberagaman bentuk. Ketika semua berpadu tanpa saling mendahului atau membelakangi, tetapi bersamaan, beriringan, maka di sanalah keindahan.

Hal inilah yang kemudian oleh Prof. Dr. Koentjaraningrat dikatakan Peradaban, di mana terdapat bagian-bagian halus dan indah di dalam setiap perjalanan kehidupan masyarakat. Mereka yang telah maju dalam kebudayaan tentu berarti memiliki peradaban.

Seperti halnya musik, dawai, seruling, terompet dari cangkang keong, perkusi, gerabah, siter, dan lain sebagainya. Ketika dipadukan maka akan menciptakan sebuah keindahan. Wajar, jika beberapa musik kemudian menjadi pengiring dalam acara-acara sakral, pernikahan, pemujaan dan lain sebagainya.

Sedangkan apa yang tampak pada Candi Borobudur, relief-reliefnya menunjukkan bahwa di masa lampau telah terjadi perpaduan ragam alat musik yang berkaitan dengan proses keseniaan pun keagamaan (nilai). Sehingga kebudayaan itu membangun sebuah peradaban.

Secara teori disampaikan oleh sejarawan M. Dwi Cahyono "Bahwa apa yang tergambar atau terbentuk dalam relief candi sehingga menjadi sumber data budaya kebendaan (material culture) masa lampau, yang bersifat tampak akan menghadirkan informasi yang berkenaan dengan aspek bentuk, fungsi, penggunaan, suasana ketika peristiwa itu terjadi, hingga siratan makna."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline