Lihat ke Halaman Asli

Keserakahan

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Keserakahan adalah salah satu sifat manusia yang sangat buruk. Mengapa dikatakan buruk?, karena memiliki dampak yang buruk. Keserakahan merupakan sikap anti sosial yang dapat merugikan banyak orang. Karena itu lah keserakahan merupakan bagian dari kejahatan.

Lalu apakah arti keserakahan itu ? Apakah dapat kita artikan seorang yang rakus, suka mengambil hak orang lain atau merampas harta orang lain ?

Tidak demikian , keserakahan itu adalah sikap anti kebersamaan.Orang yang serakah adalah orang yang memiliki motiv pribadi, efeknya adalah mereka suka menindas , melecehkan dan menzhalimi saudara dengan alasan kepemilikan. Tentu seorang yang telah memenuhi prosedur hukum sekalipun tidak terlepas dari sifat ini.

Saya lebih sepakat dengan definisi yang ditawarkan Nabi Muhammad tentang serakah,” Cukuplah seorang itu disebut serakah bila ia berkata( berprinsip ) ,ini adalah milikku, tidak ada sedikitpun hak milikmu,”.

Jika kita melihat definisi diatas maka kita dapat mengetahui bahwa seorang yang serakah bukanlah seorang yang melanggar hukum .Ia justru seorang yang kadang tidak tertangkap hukum, memiliki bukti kepemilikan yang jelas, misal, memiliki sertifikat rumah lengkap dan menang di pengadilan. Jadi kadang orang yang serakah itu bahkan seorang yang taat pada hukum.

Seorang yang serakah adalah seorang yang merasionalkan kerakusan dengan menindas orang lain. Mereka adalah seorang yang tidak memiliki rasa belas kasihan dan toleransi, prinsip mereka adalah , “ yang penting tidak melanggar hukum ( Syariat) , menyakiti siapapun boleh,”

Di Masyarakat kita , sering kita menyaksikan praktek- praktek keserakahan . Misalnya ribuan rumah digusur karena tidak memiliki surat izin atau karena kalah dipengadilan. Atau seorang tukang bakso (pedagang kaki lima) rombongnya di hancurkan karena tidak tertib, tanpa peduli nasib pedagang itu selanjutnya.

Semoga tulisan saya bisa membantu peradaban ini untuk mengenal diri dan kemudian akan semakin banyak orang yang bahagia , akan semakin banyak orang yang merasa dihormati dan dicintai, dan semakin sedikit orang yang bersedih.

Dari Jati Diri Nurani yang terlupakan…




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline