Lihat ke Halaman Asli

Pak Anies, Tolong Mudahkan Syarat Perawat Bekerja di Jakarta

Diperbarui: 1 Agustus 2021   16:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anies Baswedan (Foto : Kompaspedia)

Seorang teman datang dari Nganjuk, Jawa Timur pekan yang lalu untuk mencari pekerjaan di Jakarta. Dengan latar belakang sebagai tenaga keperawatan, ia berharap dapat diterima di layanan kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas milik pemprov DKI Jakarta. 

Syarat sebagai tenaga keperawatan yang pantas untuk diterima kerja sudah dipersiapkan jauh hari sebelumnya, seperti kelengkapan sertifikat, lisensi dan kemampuan lain yang diperlukan diluar keterampilan sebagai tenaga keperawatan, dirinya berkeinginan untuk dapat bekerja meski sebagai relawan Covid-19.

Jakarta memang magnet bagi tenaga kesehatan, berbeda dengan provinsi lain yang memberikan banyak peluang, namun untuk dapat bekerja dan digaji pantas, sepertinya Pemprov DKI Jakarta sangat spesial. Oleh karena itu, banyak tenaga kesehatan seperti perawat dan bidan dari pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa bahkan provinsi di daerah timur berbondong datang ke Jakarta untuk memenuhi hasrat bekerja dan digaji layak.

Dengan tingkat partisipasi lamaran yang tinggi, tentu pemerintah provinsi juga menyusun strategi dalam perekrutan tenaga kerja terutama nakes yang sekarang ini banyak dicari untuk bekerja sebagai tenaga pengendali Covid-19 yang tersebar di seluruh rumah sakit milik pemerintah. Fakta bahwa ribuan tenaga kesehatan mendaftar dapat dilihat dari pengumuman rekrutan hingga kelulusan administrasi yang sering di umumkan oleh Dinas Kesehatan setempat.

Untuk perekrutan tenaga kesehatan pengendali Covid-19 yang ditugaskan di rumah sakit rujukan, kita bisa melihat bahwa dari 4 gelombang perekrutan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, ada ribuan yang mendaftar dan hanya ada beberapa yang dapat diterima kerja. Jika menggunakan skala prioritas maka tentu mereka yang memiliki pengalaman kerja, sertifikat dan level Pendidikan akan diprioritaskan terlebih dahulu.

Namun ternyata itu tidak menentukan untuk diterima, sebagian ada lulusan baru yang diterima dengan level pendidikan sarjana, tetapi ada perawat yang sudah 5 tahun pengalaman kerja namun level pendidikan diploma malah tidak diterima. Ada juga yang sarjana namun domisili luar Jakarta tidak diterima sedangkan diploma dengan KTP Jakarta malah diterima. Ini sekelumit dinamika yang saya lihat adanya.  

Satu hal yang menggelitik saya dalam perekrutan tenaga kesehatan yaitu syarat administrasi yang cukup banyak, layaknya mendaftar sebagai Aparatur Sipil Negara. 

Padahal, tenaga Kesehatan yang direkrut adalah mereka-mereka yang memiliki kerendahan hati untuk mau turun tangan menghadapi pandemi. Syarat administrasi yang dibuat sejatinya bisa disederhanakan dan disesuaikan dengan keadaan, tapi sepertinya sejak awal perekrutan, penulis melihat belum ada perubahan berarti dalam sistem perekrutan.

Misalnya untuk menjadi relawan Covid-19, para nakes harus membuat surat lamaran pekerjaan, surat keterangan izin bekerja dari keluarga, membuat rekening sesuai dengan ketentuan, Ijazah, transkrip, lisensi, sertifikat pendukung serta kartu tanda penduduk. Untuk KTP diluar DKI Jakarta maka wajib untuk menulis domisili lengkap, adapun tambahan lainnya yaitu membuat surat keterangan sehat dari layanan kesehatan setempat dan surat pernyataan kerja dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline