Lihat ke Halaman Asli

Hanif Sofyan

pegiat literasi

Tepatkah Mengajak Anak Beribadah Ramadhan Dengan Reward

Diperbarui: 5 April 2022   23:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

fissilmikaffah

Salah satu kesulitan sebagai orang tua ketika godaan perkembangan informasi digital dan maraknya penggunaan gadget begitu kuat, adalah mengajak anak-anak belajar tentang ilmu keagamaan, termasuk memanfaatkan waktu selama Ramadhan untuk beribadah.

Minimal menguatkan kemampuannya dalam menghafal juz 30 atau Juz Amma. Bagian dari Al-Qur'an yang berisi surat-surat pendek yang jumlahnya 37 surat. Atau belajar tentang Fikih- fikih yang berisi berbagai aturan tentang tata cara beribadah kita sehari-hari.

Misalnya tentang Tayammun, yakni berwudhu tanpa menggunakan air karena kondisi darurat.

Ketika sedang berada di daerah yang kekurangan air, atau sedang melakukan perjalanan dalam pesawat udara yang tidak memungkinkan untuk menggunakan air ketika berwudhu, saat akan shalat.

Tak banyak anak-anak yang memahami tata cara tersebut. Begitu juga dengan hal-hal sederhana lainnya seperti shalat sambil duduk atau sambil rebahan ketika kita sakit.

Artinya dalam beribadah ada saatnya kondisi darurat yang tidak memaksa kita harus melakukan shalat sambil berdiri. Intinya shalat tetap harus dilakukan, bahkan jika hanya dapat menggunakan isyarat saja karena dalam kondisi sakit yang parah.

Ada kalanya jika kita menggunakan kesempatan di bukanya kelas Pesantren Kilat Ramadhan di sekolah.

Kelas khusus akan menjadi kesempatan memaksa anak-anak bisa menguasai beberapa hafalan surat Juz Amma, dan beberapa hal tentang Fikih tersebut. Anak-anak cenderung sulit menolak jika telah menjadi aturan sekolah.

Gunakan Reward 

Beberapa cara dapat dilakukan, jika sejak lama kita telah mengajarkan disiplin untuk belajar da beribadah, mungkin tak lagi menjadi persoalan, karena anak-anak telah membiasakan diri.

Misalnya dengan membiasakan shalat berjamaah di rumah atau mengajaknya secara rutin ke masjid, jika kita selalu memiliki waktu luang diantara kerja-kerja rutin kita di kantor atau bisnis.

Atau membiasakan berdiskusi dengan menggunakan bacaan buku-buku fikih modern yang telah dilengkapi dengan cara pembahasan yang begitu tehnis dan mudah. Sehingga kita cukup membacakannya dan mendiskusikannya.

Jika kita hanya menyarankan untuk membacanya belum tentu anak-anak akan dengan sukarela mau melakukannya.

Seperti jika kita memerintahkan anak-anak untuk mengaji dan pergi shalat, namun kita tidak ikut melaksanakannya. Sehingga anak-anak bisa melakukan penolakan sebagai bentuk protesnya.

Melalui diskusi dan dialog ringan sehabis shalat, misalkan Maghrib saja, setiap hari akan ada input baru tentang fikih atau pembelajaran tentang tata cara beribadah yang baik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline