Lihat ke Halaman Asli

Wiwid Prasetiyo

Wiraswasta yang berjuang dengan menjadikan buku buku sebagai pintu rizki

Menulis di Kompasiana Bagai Lari Sprint 100 Meter

Diperbarui: 3 Februari 2023   08:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sekalipun kau atlit lari marathon, dalam sesi latihannya  mungkin ada lari sprint atau lari cepat. Berbeda dengan lari marathon, lari cepat butuh stamina yang lebih. Tapi karena jaraknya hanya 100 meter jantung hanya dipacu sehentar setelah itu berdetak normal lagi.

Lari marathon yang sejatinya lari jarak jauh, mungkin terlihat mudah, bagi yang bukan pelari mungkin anda menganggapnya tidak butuh stamina yang kuat daripada lari sprint 100 meter.

Tapi anda salah besar kalau menduga hal itu. Ketahanan lari marathon justeru jauh  lebih besar dari lari sprint, nafasnya juga harus lebih panjang, karena marathon paling tidak menempuh jarak 5-7 kilo minimal. 

Untuk mendukung stamina lari marathon, tiada latihan yang utama, salah satunya lewat lari sprint, dengan lari cepat yang sering akan menunjang stamina lari marathon.

Begitu juga dengan menulis. Menulis buku ibaratnya seperti lari marathon, butuh stamina panjang, salah satunya dengan menulis di Kompasiana ini, seperti lari sprint 100 meter, jantung yang berdegup lebih keras walaupun waktunya lebih sebentar, tetapi sering, bahkan setiap hari agar kita punya tenaga untuk menulis lebih panjamg, yakni menulis buku. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline