Lihat ke Halaman Asli

Raden Muhammad Wisnu Permana

Akun resmi Raden Muhammad Wisnu Permana

Saya Betul-betul Merindukan Momen Buka Bersama

Diperbarui: 16 Mei 2021   03:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi buka puasa bersama(SHUTTERSTOCK/Odua Images)

Ramadhan tahun ini telah usai, dan saat ini kita telah memasuki bulan Syawal. Selain momen mudik yang dirindukan seperti saat tidak adanya pandemi, saya betul-betul merindukan momen buka bersama. Buka bersama adalah satu kegiatan masyarakat Indonesia yang biasa dilakukan saat Ramadan. Buka bersama seolah menjadi kegiatan yang rutin dilakukan oleh masyarakat dalam berbagai macam lingkaran sosialnya. 

Mulai dari buka bersama kantor, buka bersama keluarga besar, buka bersama komunitas, hingga buka bersama teman sekolah dan teman kuliah. Buka bersama merupakan kegiatan yang saya tunggu-tunggu setiap bulan Ramadan. Setidaknya, satu tahun sekali, dalam momen buka bersama, saya bisa bertemu dengan teman-teman saya saat sekolah dan kuliah.

Sejak SMA, saya hampir selalu secara sukarela mengajukan diri sebagai panitia buka bersama. Saat itu saya rajin mengirimkan sms satu persatu (saat itu belum ada WhatsApp) pada teman-teman saya untuk mengkonfirmasi apakah bisa mengikuti kegiatan buka bersama yang diadakan pada waktu yang sudah disepakati. 

Tidak hanya itu, saya juga biasanya sekalian melakukan booking tempat kegiatan buka bersama via telepon atau datang langsung ke tempatnya jika sempat. Booking tempat kegiatan buka bersama ini penting untuk dilakukan karena banyak tempat makan yang penuh di bulan Ramadhan untuk kegiatan buka bersama.

Setiap kali memasuki minggu kedua atau ketiga bulan Ramadan, sejumlah grup teman-teman saya saat SMP dan SMA sudah ramai untuk mengadakan buka puasa, apalagi saat sebagian besar dari kami masih berada di bangku kuliah. 

Saat itu, WhatsApp memang sudah ada, tapi sebagian besar mahasiswa masih mengandalkan Line untuk berkomunikasi, jadi kami mengadakan rapat untuk menentukan waktu berbuka puasa sekaligus pemilihan tempatnya di grup Line.

Sepengelaman saya, dari tahun ke tahun jumlah pesertanya semakin berkurang seiring dengan prioritas pekerjaan, pasangan, atau keluarga yang lebih mereka prioritaskan. Ataupun barangkali mereka merasa bahwa kita tidak satu frekuensi lagi dengan teman-teman satu sekolah seiring berjalannya waktu. Dan saya paham akan hal tersebut.

Dari tahun ke tahun, durasi bukber pun berkurang. Saat masih sekolah dan kuliah, bukber bisa sampai pukul 10 malam, bahkan beberapa peserta bisa melanjutkan obrolan sampai subuh di salah satu rumah peserta lainnya atau di tempat bukber tersebut. Sekarang mungkin hanya sampai pukul 8 malam saja, ada yang pulang duluan karena ada yang pekerjaan, maupun sudah ditunggui oleh suami/istri ataupun anaknya.

Dari tahun ke tahun, topik pembicaraan saat bukber pun berubah. Saat masih sekolah dan kuliah, topik pembicaraan saat bukber adalah serba-serbi di sekolah atau kampus, perpolitikan dalam dan luar negeri, hingga diskusi keagamaan dan masalah sosial yang jadi polemik di masyarakat. 

Saat sudah banyak yang bekerja, menikah dan memiliki anak, topik pembicaraannya adalah keluh kesah para pekerja di dunia kerja, bagaimana cara menghadapi calon mertua, bagaimana tips dan trip untuk bayar biaya resepsi pernikahan, dan bagaimana mengurus anak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline