Lihat ke Halaman Asli

Diana Wardani

Sederhana

Pesan Ibu

Diperbarui: 4 Desember 2020   21:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kecantikan abadi lambang kesabaran lahir batin - koleksi dianawardani

Ibu, dalam tuturmu terdapat kasih sayang berlimpah. Dalam denyut nadimu hanya ada untaian bakti bagi kehidupan penuh harmoni.

Aku terlahir dalam sebuah keluarga sederhana dan penuh kehangatan cinta. Diana kecil yang tak tahu nilai uang ini (kalau sekarang pastinya sudah mengerti nilai uang) tumbuh dan berkembang dalam dekapan cinta seutuhnya.

Banyak kesan pada masa kecilku, semasa belum masuk sekolah. Mungkin tidak ada yang istimewa namun dari kejadian itu ada pelajaran berharga sebagai bekal saat dewasa kelak.

***

Sore itu mendung menggelayuti luasnya sekitaran wilayah rumahku. Sesaat gerimis hujan menyapa. Ibu membeli beberapa gelas minuman hangat khas Bandung bernama bajigur yang lewat di depan rumah. Kemudian Ibu membagikan satu gelas bajigur untuk dua anak. Ibu menuangkan bajigur itu ke dalam gelas kecil untukku, dan sisanya untuk kakakku lainnya. Ketika itu Masku langsung mau menerima gelas bajigur bagiannya. Namun aku tidak mau.

Pada saat itu aku menginginkan bajigur utuh satu gelas hanya untukku. Aku langsung menjatuhkan tubuhku di lantai dan di sana aku menangis sekeras-kerasnya. Ibu tetap diam tak bergeming. Ia tak menghiraukan suara tangisanku, malahan ia langsung meneruskan kegiatannya di dapur.

Diana kecil lama kelamaan letih dengan tangisannya. Ia berpikir "Aku sudah menangis jerit-jerit sampai hilang suara, namun Ibu malah tak peduli dengan tangisanku. Rugi banget, suara hilang, bajigur tak dapat" begitu lintasan demi lintasan pikiran bertengger di otaknya.

Akhirnya aku berhenti menangis dan memutuskan untuk menerima bajigur yang sudah tak sehangat tadi. Sambil malu-malu, aku minta bajigur bagianku ke Ibu. Ibu menyerahkan gelas itu sambil tersenyum dikulum seraya mengelus rambutku penuh kehangatan cinta.

"Terima kasih, Ibu" bisikku.

***

Pada sebuah pagi ketika itu, sekitar pukul 08.30. Aku melihat Ibu sudah bersiap-siap ke pasar. Isi rumah waktu itu hanya ada aku dan Ibu. Bapak sudah pergi ke kantor, dan kakak-kakakku sudah ke sekolah. Kebiasaan Ibu bila ke pasar tidak mengajak aku. Ia berkata tak akan lama pergi ke pasar. Mungkin kalau mengajak Diana kecil, Ibu malah jadi repot. Jadi rumah dikunci dari luar, dan aku tentu saja ada di rumah terkunci. Hmm home alone ternyata sudah kulakoni sebelum filmnya dibuat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline