Lihat ke Halaman Asli

Wildan Hakim

Dosen I Pengamat Komunikasi Politik I Konsultan Komunikasi l Penyuka Kopi

Berharap Kabar Baik dari Jakarta Geopolitical Forum

Diperbarui: 19 Mei 2017   15:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Untuk pertama kalinya Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) menggelar forum geopolitik internasional. Forum yang dinamai Jakarta Geopolitical Forum ini – selanjutnya disebut #JGF2017 – dibuka pada malam ini (18/05/2017). Selama dua hari, yakni pada 19-20 Mei 2017, sebanyak 22 pakar geopolitik dari berbagai negara akan bertukar pikiran (session sharing) perihal situasi geopolitik terkini di berbagai kawasan dunia di Hotel Borobudur.

Meski peserta diskusi dalam #JGF2017 dibatasi, Lemhannas selaku penyelenggara akan mendiseminasikan hasil-hasil diskusi kepada publik. Harapannya, publik bisa ikut memahami situasi geopolitik terkini yang menjadi bahan diskusi para pembicara.

Upaya Lemhannas untuk mentransfer informasi tersebut sejalan dengan kemauan Gubernur Lemhannas Letjen (Purn) Agus Widjojo agar lembaga ini tidak lagi terkesan elitis. Namun justru diharapkan bisa lebih dekat dengan publik dan punya manfaat nyata.

Secara khusus, panitia #JGF2017 menyediakan laman sebagai saluran komunikasi dengan publik yang berminat membaca informasi terbaru dari event tersebut. Melalui laman www.geopolitic-forum-lemhannas.org warganet bisa memantau berita terbaru seputar #JGF2017. Bagi social media enthusiast, informasi seputar event ini juga disajikan melalui @GeopoliticForum serta GeopoliticForum Lemhannas untuk diseminasi melalui Facebook.

Diseminasi informasi melalui saluran daring dan media sosial ini bisa dibilang sebagai upaya membumikan isu geopolitik yang selama ini tidak banyak dibahas. Padahal,sebagai sebuah cara pandang, geopolitik bisa menjadi pijakan bagi sebuah negara dalam melihat kondisi geografi dan lingkungan sekitarnya.

Sophie Chautard dalam karyanya La Geopolitique menyatakan, geopolitik bukanlah ilmu pengetahuan murni, namun sebuah multidisiplin ilmu yang memelajari hubungan antarruang dan politik dan antara teritorial dan individu. Geopolitik meletakkan semua masalah pada aspek geografi yang memungkinkan pengambil kebijakan menganalisis kondisi terkini serta memahami hubungan satu kejadian dengan kejadian lainnya.

Gearoid O’tuathail menyebut, geopolitik merupakan suatu wacana yang berarti suatu penggambaran, perwakilan dan penulisan tentang geografi dan politik internasionalnyang sangat beragam secara kultural dan politik. Arti penting geopolitik pernah ditegaskan Presiden Soekarno saat meresmikan Lemhannas RI pada 1965 silam. Saat itu, Bung Karno menyatakan, pertahanan nasional hanya dapat dilaksanakan secara sempurna bila didasarkan atas pengetahuan geopolitik.

Untuk Indonesia, pengetahuan geopolitik ini dikembangkan berdasarkan tiga faktor yang membentuk karakter bangsa Indonesia yaitu sejarah lahirnya negara, bangsa dan tanah air, cita-cita, serta ideologi bangsa. Pandangan geopolitik Indonesia secara khusus merujuk pada konsepsi Wawasan Nusantara. Konsepsi ini memandang wilayah nusantara sebagai ruang hidup yang harus dipertahankan dan dikelola sebagai sumber kehidupan bangsa Indonesia dalam mencapai tujuan dan cita-cita nasional.

Secara formal, Wawasan Nusantara bisa dipahami sebagai cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungan keberadaannya dalam memanfaatkan kondisi dan konstelasi geografi dengan menciptakan tanggung jawab dan motivasi atau dorongan seluruh bangsa Indonesia. Dengan posisinya yang strategis, Indonesia selalu menjadi incaran bagi bangsa-bangsa lain di dunia.

Di tengah persaingan mempertahankan ruang hidup teritorialnya, Indonesia perlu banyak menyerap informasi dari para pakar geopolitik dunia. Dari Jakarta Geopolitical Forum atau #JGF2017 inilah Indonesia akan banyak belajar dalam mengantisipasi perubahan. Geopolitics in a Changing World yang dipilih sebagai tema besar #JGF2017 semoga bisa menyadarkan para pengelola kebijakan di negeri arti pentingnya berpikir untuk jangka panjang dengan memperhitungkan beragam aspek yang ada. Publik berharap banyak dari #JGF2017. Selama ini, politikus Indonesia lebih banyak baku opini seputar politik namun sedikit melupakan diskursus tentang geopolitik sebagai ruang hidup yang harus ditelaah dari berbagai perspektif. 

Wildan Hakim, peminat diskusi geopolitik. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline