Lihat ke Halaman Asli

Wijaya Kusumah

Guru Blogger Indonesia

Saya Percaya Kyai

Diperbarui: 23 Januari 2019   08:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Omjay dan pak kyai (dok. pribadi)

(dok. pribadi)

Senen 21 januari 2019 saya diajak ibu ketua umum pengurus besar persatuan guru republik indonesia yang disingkat PGRI untuk bertemu ketua umum pengurus besar nahdatul ulama.

Kami diterima Prof KH. Aqil Siraj setelah sholat ashar. Tamu beliau banyak sekali hari itu. Kami diminta menunggu di ruang vvip pbnu di lantai 3.

Setelah menyalami pak kyai, kami diminta untuk duduk. Lalu pak kyai dengan sangat ramah membuka pembicaraan. Ibu unifah rosyidi memperkenalkan kami satu persatu kepada pak kyai.

Terjadi diskusi hangat sore itu. Pak kyai bercerita panjang lebar tentang nahdatul ulama yang disingkat nu. Juga bercerita sedikit tentang gusdur ketika menjadi presiden selama 23 bulan.

Seneng sekali denger cerita pak kyai. Kami jadi tahu tentang sejarah islam di indonesia dan islam nusantara secara utuh. Selama ini kami hanya membaca saja di media sosial. Kesannya islam nusantara itu negatif padahal tidak karena budaya indonesia yang lebih baik dari budaya arab.

Selama 13 tahun belajar di arab, pak kyai tidak ikut budaya arab tapi tetap mengikuti budaya indonesia. Cara menjelaskan pak kyai yang holistik membuat saya sangat percaya dengan pak kyai aqil siraj.

Saya copas sedikit biodata pak kyai di wikipedia.

Said Aqil Siroj terpilih menjadi Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul 'Ulama (PBNU) periode 2010-2015 dalam Muktamar ke-32 Nahdlatul 'Ulama (NU) di Asrama Haji Sudiang, Makassar, Sulawesi Selatan.[butuh rujukan] Said unggul dengan perolehan 294 suara dari rivalnya Slamet Effendi Yusuf yang mendapat 201 suara.[butuh rujukan]Sebelumnya, KH Sahal Mahfudz, terpilih menjadi Rais Aam PBNU.[butuh rujukan] Said Aqil Siradj Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul 'Ulama (PBNU) 2010-2015.[butuh rujukan] Said Aqil Siraj dan Slamet maju ke putaran kedua setelah memperoleh masing-masing 178 suara dan 158 suara.[butuh rujukan] Keduanya dianggap memenuhi syarat untuk maju dalam putaran kedua pemilihan calon ketua umum PBNU.[butuh rujukan] Dalam tata tertib muktamar seorang calon harus mengumpulkan 99 suara untuk ditetapkan sebagai calon ketua umum. Sementara itu, Sholahuddin Wahid (Gus Solah) hanya mendapatkan 83 suara, Ahmad Bagja (34), Ulil Absar Abdala (22), Ali Maschan Moesa (8), Abdul Aziz (7), Masdar Farid Mas’udi (6). Mereka gagal memperoleh angka 99 suara dari muktamirin sehingga tidak bisa mengikuti putaran kedua.[butuh rujukan]

Pada Muktamar NU Ke 33 di Jombang, Said Aqil Siroj kembali terpilih sebagai Ketua Umum PBNU untuk periode kedua (2015-2020).[butuh rujukan] Said Aqil Siroj meraih kemenangan dengan mengumpulkan 287 suara dari 412 suara muktamirin.[butuh rujukan] Kandidat lainnya As'ad Said Ali meraih 107 suara, dan Salahudin Wahid 10 suara.[butuh rujukan] Said Aqil Siroj kembali berjanji untuk konsisten tak akan menggunakan NU untuk kepentingan politik.[butuh rujukan] Said mengatakan, agenda yang menjadi prioritasnya adalah pendidikan, kesehatan dan ekonomi.[butuh rujukan]

Di kalangan Nahdlatul Ulama, Said Aqil Siroj bukanlah orang baru.[butuh rujukan] Ayahnya, Aqil Siroj Kempek adalah seorang kiai di Cirebon dan termasuk dalam jejaring ulama di Karesidenan Cirebon, seperti Benda Kerep, Buntet, Gedongan dan Babakan.[butuh rujukan]

Apa yang saya dengar tentang beliau di internet ternyata ada perbedaan. Beliau jauh lebih arif bijaksana. Setiap kalimat dan perkataannya sangat bernas. Sehingga membuat kami tercerahkan sore itu. Kalau tidak dibatasi waktu, bisa malam kami pulang. Sangat menarik sekali apa yang beliau katakan tentang NKRI dan islam yang mengajarkan kelembutan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline