Lihat ke Halaman Asli

Widha Karina

TERVERIFIKASI

Content Worker

Cara Menuju Tidore dan Susahnya Mencari Ulasan Penginapan Seroja

Diperbarui: 27 Desember 2018   17:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Benteng Tahula, benteng terdekat dari Penginapan Seroja. Foto dokumentasi Widha Karina

Sebenarnya saya paling males nulis pengalaman liburan. Pertama, saya paling anti pegang HP dan buka medsos selama liburan. Makanya saya hepi kalau terdampar di lokasi yang sinyalnya susah. Liburannya bisa khusyuukk. Kalaupun ada foto bagus, ntar aja, diaplotnya pascaliburan. Pun susah sinyal adalah senjata pamungkas supaya orang kantor nggak bisa ngontak saya (mohon jangan diadukan!).

Kedua, meski gemar ngutak-atik itinerary, saya bukan tipe yang rajin bikin evaluasi dan laporan keuangan. Ketiga, malas. Kan letih ya, judulnya liburan tapi masih aja ditarget motret, bikin video, nulis. Bedanya apa dong sama kerja sehari-hari.

Tapi kadang, saya pengen banget berbagi informasi. Dan untuk beberapa kesempatan, saya sering mendapat titipan untuk menginformasikan destinasi lokal oleh orang asli sana.

Maka tadaaaa..... untuk beberapa tulisan ke depan, saya mau cerita soal pengalaman saya di Ternate dan Tidore bersama temen ngetrip saya kali ini: Ivana!

Kenapa Ternate dan Tidore?
Karena waktu itu (tahun 2017 awal) dan film Banda mau keluar. Dan Ternate-Tidore adalah 2 pulau rempah di Maluku Utara yang perannya nggak kalah penting dalam Jalur Sutera. Ini adalah saat yang tepat, terutama karena Alfred Wallace pernah tinggal di Ternate! Coba bayangkan! Betapa seksinya, pulau rempah yang bertabur sejarah!

Boong deng. Ini semata-mata karena kedodolan saya dan Ivana. Awalnya sih kami pengen ke Labuan Bajo atau Gorontalo. Berhubung tiket Labuan Bajo di Garuda Indonesia Travel Fair (GATF) tahun 2017 yang harganya Rp 900.000 PP itu ludes dalam hitungan menit, jadilah saya dan Ivana mulai ngasal berkreasi.

"Gorontalo, Mbak."
*Suara cetak-cetok mbake di laptop*
"PP 3,1 Mbak...."
"Yah.. masih mahal."
(Saya dan Ivana pandang-pandangan, diakhiri anggukan. Persis kayak di sinetron)
"Coba kalau Ternate, Mbak...."

Dan jadilah jiwa-jiwa yang kebelet liburan ini terbang ke Ternate dengan pesawat jawara se-Nusantara dengan harga kelas L ekonomi yang sebenarnya nggak murah-murah amat *nangis*. Tapi berhubung mbaknya bilang, "Kelas London (L) itu keluarnya dua tahun sekali lho Mbak. Ini murah banget." Hokelah kami percaya terutama karena Ivana dan Mbak Travelnya sama-sama orang Karo (iya, nggak ada hubungannya).

Dan bodohnya kami ya.... Kami beli tiket buat berangkat tanggal 30 Mei 2017. Setelah melalui beberapa kali miting itinerary, jeng jeng... baru ngeh kalau itu pas bulan puasa. Terus googling, Ternate dan Tidore itu Kesultanan Islam. Mak celeguk. Lha pantes tiketnya murah (murah menurut mbaknya)!

Sebagai informasi tambahan, saya dan Ivana memang nggak puasa (tapi ini rahasia. Tolong jangan dibesar-besarkan). Padahal salah satu tujuan kami adalah wisata kuliner *mbrebes mili*. Ini sempat ada episode seru, bagaimana kami akhirnya ikutan puasa tapi tetep nggak mau rugi, tetap naik turun benteng dan ngotot mau coba banyak makanan. Nah, neks taim poin ini bakal dibahas di tulisan selanjutnya yes.

Memangnya di Tidore Ada Penginapan?
Bukan bermaksud meng-underestimate teman-teman dari Tidore, tapi itu benar-benar menjadi pertanyaan kami. Apalagi kami sudah memutuskan bahwa kami akan ke Tidore dulu, sebelum Ternate. Kenapa? Soalnya Tidore jauh, huhu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline