Lihat ke Halaman Asli

aletheiabaca

Kata-kata yang tertata memberi ruang untuk berpikir jernih, menyusun logika, dan membangun kedekatan emosional dengan pembaca.

Pilihan Mendidik Yang Disiplin atau Membebaskan Merujuk Konsep Filsuf Immanuel Kant

Diperbarui: 6 September 2025   08:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Aletheiabaca

Bagi banyak orang tua zaman sekarang, membesarkan anak seringkali dihadapkan pada dilema besar: Haruskah mereka lebih longgar agar anak bisa lebih kreatif, atau malah lebih keras agar anak lebih disiplin? Dilema ini sepertinya sudah jadi masalah klasik yang nggak pernah ada habisnya. Tapi, siapa sangka, sejak abad ke-18, seorang filsuf bernama Immanuel Kant sudah punya jawaban untuk masalah ini. Dalam karyanya ber Pdagogik (1803), Kant mengatakan kalau anak yang nggak dilatih disiplin sejak dini akan tumbuh liar, seperti tanaman yang nggak pernah dipangkas. Menurutnya, disiplin justru membuka jalan bagi kebebasan yang sejati. Wah, kok bisa?

Disiplin Itu Justru Membebaskan, Bukan Mengekang

Mungkin kamu berpikir, kebebasan itu artinya bisa melakukan apa saja, sesuka hati. Tapi menurut Kant, itu salah besar. Kebebasan sejati, katanya, adalah kebebasan yang datang setelah kita bisa mengendalikan diri dan menahan keinginan-keinginan yang nggak penting. Disiplin, menurutnya, bukan untuk mengekang, tapi untuk membantu kita menjadi pribadi yang bisa mengatur hidupnya dengan bijak. Misalnya, anak yang sudah dilatih untuk bangun pagi dan mengatur waktu belajar akan lebih siap menghadapi tantangan hidup yang butuh pengelolaan waktu, ketimbang anak yang dibiasakan untuk bebas tanpa batasan.

Jadi, disiplin itu bukan soal melarang atau membatasi anak, tapi lebih ke cara melatih mereka supaya nanti ketika sudah besar, mereka bisa membuat keputusan yang lebih bijak. Misalnya nih, anak yang sudah diajarkan untuk nggak kecanduan gawai dan punya waktu tidur yang teratur, biasanya jauh lebih bisa mengatur hidupnya di masa depan. Sedangkan anak yang nggak ada batasan waktu, bisa-bisa larut malam terus-terusan main HP sampai lupa waktu.

Menahan Diri Itu Dimulai dari Hal Kecil

Kant juga bilang kalau anak harus diajarkan untuk menahan diri sejak kecil. Kalau sejak kecil semua keinginan anak langsung dipenuhi, bisa-bisa mereka jadi lemah dalam menghadapi kesulitan hidup. Bayangin deh, kalau anak selalu bisa mendapat apa yang dia mau tanpa usaha, mereka akan kesulitan menghadapi kegagalan atau tekanan. Sebaliknya, anak yang diajarkan untuk menunggu giliran berbicara atau nggak langsung membuka hadiah, mereka belajar untuk bersabar dan menahan keinginan instan.

Pola hidup seperti ini akan melatih anak untuk lebih kuat menghadapi kegagalan dan frustrasi. Karena ketika mereka dewasa, mereka akan lebih tahan banting ketika menghadapi masalah. Bukan malah jadi pribadi yang gampang nyerah dan gampang marah.

Hukuman Itu Bukan untuk Membalas, Tapi Untuk Mengajarkan

Kant juga bilang kalau hukuman itu bukan untuk melampiaskan emosi orang tua, tapi untuk mengajarkan anak tentang konsekuensi dari tindakannya. Misalnya, ketika anak berbohong, orang tua bisa memberikan hukuman yang mendidik, seperti membatasi hak istimewa mereka sementara waktu, bukan dengan kekerasan fisik. Ini supaya anak bisa belajar bahwa apa yang mereka lakukan punya akibat, dan mereka jadi lebih paham kenapa harus mengikuti aturan.

Intinya, hukuman itu nggak boleh asal-asalan. Harus proporsional dan mendidik, supaya anak bisa belajar tentang sebab-akibat dalam hidupnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline