Lihat ke Halaman Asli

Wahyu Kuncoro

Pembaca di saat ada waktu, penulis di saat punya waktu.

Anak-anak Harus Bahagia

Diperbarui: 23 Februari 2020   20:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Merdeka Belajar menjadi harapan baru bagi perubahan pendidikan. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan memberi pidato yang menggugah. Nadiem meminta guru untuk melakukan perubahan kecil tanpa menunggu perintah. 

Perubahan kecil itu diantaranya mengajak murid berdiskusi, memberi kesempatan murid untuk mengajar, dan menemukan bakat murid.

Murid menjadi fokus. Pembelajan yang dimaksudkan oleh Nadiem sebagai pembelajaran yang berorientasi kepada anak. Pembelajaran demikian itu yang semestinya dilakukan di sekolah. Kegiatan membaca memungkinkan anak-anak untuk mengeksplorasi banyak hal seperti yang diharapkan Nadiem.

Mandor Literasi

Mengajar itu seni. Ada pendekatan-pendekatan tertentu yang dilakukan guru. Ada yang sukanya menjelaskan kepada anak dan anak sebagai pendengar. 

Ada yang gemar memberi tugas, entah mencatat, mengerjakan soal-soal latihan, atau memberi PR kepada anak-anak. Atau, mungkin ada yang suka memberi kesempatan untuk berdiskusi terkait dengan apa yang sedang dipelajari.

Nyatanya, dalam praktik pengajaran memang bisa ditemukan kecenderungan-kecenderungan tersebut. Masih banyak guru yang dominan di depan kelas dengan penjelasan-penjelasan dan memberi penugasan. Masih sedikit guru mengajak berdiskusi.

Kurikulun berganti-ganti. Generasi pengajar juga berganti. Namun, perubahan nilai seperti tidak terasa di dalam masyarakat kita. Guru-guru yang telah mengajar selama belasan tahun masih bisa mempertahankan nilai-nilai yang diterima ketika menjadi murid. Nilai-nilai itu tak lain adalah dominasi di area pemelajaran. 

Praktik terbaik mendominasi di ruang kelas adalah dengan merasa tahu sehingga menjelaskan semua hal kepada anak. Anak dipandang sebagai pribadi yang tidak tahu apa-apa sehingga otak anak perlu diisi (tabula rasa). 

Selanjutnya, dominasi ditunjukkan dengan memberi penugasan sebagai cara mendidik anak. Di sini ada nilai administratif yang diterapkan, produk nilai lama yang terus bertahan hingga kini.

Permintaan Nadiem cukup beralasan. Dalam 20 tahun ini, pendidikan tidak menunjukkan perubahan yang menyenangkan. Anak-anak kita dinilai tidak berprestasi di mata dunia. Dalam hal keterampilan dasar membaca, matematika, dan sains, kita berada pada urutan 72 dari 77 negara. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline