Lihat ke Halaman Asli

Wahyu Sapta

TERVERIFIKASI

Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Nostalgia Ramadan, Ketika "Tongtek" Dikira Jelmaan Hantu

Diperbarui: 12 Mei 2020   20:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anak-anak membunyikan tongtek. Ilustrasi: Elshinta.com.

Ramadan, adalah bulan yang selalu dinanti. Bulan suci, bulan istimewa bagi umat muslim di dunia. Pada bulan ini, kita diwajibkan untuk berpuasa. Yaitu menahan diri dari segala sesuatu, baik makan, minum atau sesuatu yang membatalkannya, dimulai dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari, diawali niat dan syarat-syarat yang telah ditentukan. 

Salah satu sunnah berpuasa adalah bersahur. Biasanya dilakukan sebelum imsyak. Sudah bersiap santap sahur dengan makan dan minum, agar nanti saat berpuasa kuat menjalankannya. 

Karena waktunya tengah malam, terkadang malas untuk bangun. Karena masih mengantuk. 

Nah, dulu, di tempat saya pada saat sahur, ada yang membangunkan untuk bersahur dengan bunyi-bunyian yang disebut tongtek. Kalau sekarang sih sudah jarang dan hampir tidak ada. Apalagi dimusim pandemi ini. 

Suara tongtek yang mirip irama rancak, dibunyikan sahut menyahut dengan keras, sehingga bisa membangunkan warga yang hendak sahur. 

Itulah, karena mereka melakukannya di tengah malam, pada suasana masih gelap, maka saya pada waktu kecil takut dengan suara tongtek ini. 

Ketika tengah malam masih terkantuk, terbangun oleh suara keras. Kaget bercampur takut. Maka saya tidak segera bangun, menunggu hingga suara itu lewat. Saya membayangkan mereka adalah jelmaan hantu. Hiiii... 

Saya di masa kecil, adalah anak yang kuper. Jarang keluar rumah dan bermain dengan teman sebaya. Ini terjadi ketika umur 9 tahun pindah rumah dan harus beradaptasi dengan lingkungan baru. 

Sebenarnya di lingkungan lama, sudah memiliki teman yang asik untuk bermain. Seperti bermain pasaran, anak-anakan, bola bekel, main drama-dramaan. Tetapi ketika pindah, saya susah menemukan teman yang cocok seperti ketika di rumah lama. 

Akhirnya saya sering di dalam rumah. Bermain sendiri dengan imajinasi sendiri. Bermain sambil bercerita, seolah-olah menceritakan sebuah keluarga. Ada ayah, ibu, dan anak-anak mereka. 

Kadang juga bermain dengan adik saya. Cowok. Tetapi ia sering main di luar dengan temannya sendiri. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline