Lihat ke Halaman Asli

Wahyu Sapta

TERVERIFIKASI

Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menjaga Hati di Media Sosial Tak Hanya Saat Ramadan

Diperbarui: 17 Mei 2019   17:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Pixabay.com

Media sosial tak selamanya negatif. Banyak pula positifnya. Di era sekarang, siapa sih yang tidak mengenal media sosial? Hampir setiap orang mengenalnya. Hanya generasi yang sudah sepuh banget mungkin yang tidak tahu. Atau yang tinggal di pedalaman, yang tidak memiliki akses internet. Bahkan mungkin sudah jarang lokasi yang jauh dari internet, karena internet sudah merambah ke daerah-daerah pedalaman.

Media sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi di jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial dan wiki merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia.

Bagi sebagian orang, media sosial merupakan kebutuhan. Misalnya untuk usaha, sarana promosi, sharing tulisan dan sebagainya. Hal-hal positif, bisa menggunakan media sosial sebagai salah satu sarana dalam bekerja.

Hanya memang, banyak juga media sosial digunakan untuk hal yang negatif. Seperti menyebarkan hoax, memfitnah, menjatuhkan karakter seseorang, hingga menyebarkan kejahatan yang disiarkan langsung melalui media sosial seperti kasus penembakan di New Zealand.

Tinggal bagaimana kita menyikapinya. Ingin yang positif atau negatif. Karena hal ini berhubungan dengan karakter seseorang. Bagaimana ia mengolah dirinya dalam bermedia sosial.

Media sosial itu ibarat candu. Seperti kebutuhan yang harus dipenuhi setiap harinya. Ada rasa kepo kita, untuk mengetahui keadaan media sosial yang kita miliki. Seolah-olah bahwa dunia media sosial itu adalah sebuah dunia kehidupan seperti halnya dunia kehidupan nyata. Memiliki teman, bersosialisasi, saling menyapa, bahkan kadang melakukan kopdar untuk menjaga tali silaturahmi.

Mengutarakan pendapat, menyampaikan unek-unek, biasanya lebih gamblang, karena menggunakan bahasa hati tanpa harus bertatap muka dengan orang banyak. Bisa dilakukan dimana saja, dalam keadaan apapun juga. Tanpa batas yang berarti. Tanpa jarak, meskipun mungkin kenyataannya berjauhan. Ssst... padahal mungkin jika bertemu langsung, tidak mengenal dan tidak bertegur sapa.

Seperti apa sih keadaan di dunia media sosial? Menurut saya sih, kadang-kadang mengandung unsur hiperbol atau hal yang berlebihan. Padahal di dunia nyata tidak demikian. Misalnya, seseorang menuliskan sebuah peristiwa. Ia pandai sekali melukiskan suatu keadaan, sehingga kesannya mencekam, menakutkan. Padahal dalam dunia nyata tidak terjadi apa-apa dan biasa saja. Ditambah lagi komentar-komentar yang mendukungnya.

Jadi, sebenarnya alam dunia maya berbeda dengan alam nyata. Apalagi jika berita yang ia sebarkan adalah berita hoax. Tetapi tidak lantas semua berita di media sosial adalah hoax, ya. Banyak juga berita yang bermanfaat dan bisa kita ambil hikmahnya.

Lalu, bagaimana menjaga hati di media sosial selama bulan ramadan tahun ini? Apakah harus berhenti? Saya rasa, tidak perlu harus berhenti. Sedikit mengurangi dan memilah berita agar tak terpancing emosi saja. Apalagi ramadan tahun ini, berbarengan dengan tahun politik, yang sangat menyita perhatian di media sosial. Banyak berita simpang siur berkelana di facebook, twitter, IG, media sosial lainnya. Ramai saling membela kubu masing-masing. Jika kita ikuti, bahkan akan menjadi pusing sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline