Lihat ke Halaman Asli

Wahyu Sapta

TERVERIFIKASI

Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Tak Lagi Membiru

Diperbarui: 2 Desember 2015   21:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Lihat petang itu, terpahat hati dengan warna membiru,
seseorang telah terlukai sebuah sentuhan tajam,
lalu membeku oleh dinginnya malam,
ia berteriak, "Tidak!"
ia tercampakkan oleh lukanya.

 

Musim dingin mulai lagi, 
dapat kiranya ia membenamkan diri pada kabut malam, 
membawa rahasia hati berujung pilu, 
sehingga ia berkata, "Tak usahlah kau dekati padaku,"
lalu merataplah ia bagai anak kecil kehilangan mainan.

 

Cintanya menganyam mimpi-mimpi yang mengelabu,
takut akan gelapnya malam syahdu,
sendiri, 
tanpa cinta, tanpa mimpi,
esok mungkin akan mati karena dingin dalam diri,

 

Namun ketakutan mencekam dirinya,
bila teringat bayang-bayang mata bercahaya penuh cinta,
terlebih ia mabuk kepayang,
telah membisik darinya: "Betapa aku sangat mencintaimu,
maafkan aku karena egoku."
maka iapun tak lagi membiru, terbakar tungku cintanya,
teruntuk pujaan hati.

 

(2/12/2015)

 

Sumber Gambar




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline