Lihat ke Halaman Asli

HIMUN ZUHRI

Jurnalis dan Penulis

Tulisan Perdana di Tahun 2021, Kilas Balik Cerita Mencekam Corona di Tahun Lalu

Diperbarui: 1 Januari 2021   19:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Himun Zuhri

Tulisan Perdana di Tahun 2021, Kilas Balik Cerita Mencekamnya Corona di Tahun Lalu

Tanpa terasa tahun 2020 sudah berlalu, tahun dimana negeri ini tergoncang oleh kehadiran virus yang menurut mantan Menteri Kesehatan Terawan virus yang tak lebih ganas dan hanya seperti flu biasa yang menurutnya akan sehat dengan sendirinya.

Virus dimaksud yakni Corona Virus Disease 2019 kelahiran Wuhan, China yang telah paten dengan nama panggungnya Covid-19. Awal Maret virus itu mampir ke bumi pertiwi, pro kontra dan ketakutan muncul dalam menyikapi kehadirannya.

Dan, akhir bulan April 2020, virus itu sampai juga ke Merangin, setibanya di bumi tali undang tambang teliti via pasien 01 yang kontrak erat dari pasien di Bungo, daerah ini terasa begitu mencekam, kehidupan sosial sontak berubah drastis, masker selalu menempel, tak ada kontak fisik apalagi untuk jabat tangan.

Saling curiga harus tertanam dalam setiap diri, 'jangan-jangan' dia yang bawak virus, anti hingga menghindar bahkan sampai-sampai mengucilkan dan mengasingkan tetangga dan keluarga kita, ini pernah kita lakukan hanya karena ia datang dari luar kota.

Petugas pelayanan kesehatan di Merangin mendadak diserbu puluhan lnforman jika ada tetangga yang datang dari luar daerah, sebab ia harus menyandang status ODP (Orang Dalam Pemantauan) terlebih dahulu selama dua pekan dan wajib isolasi mandiri.

Sungguh ketakutan itu semakin nyata, aktifitas pendidikan tatap muka-pun lumpuh total, sekolah tutup belajar via daring, tagline #DirumahAja gencar disosialisasi sehingga makin hari suhu tubuh serasa "hangat dingin" walaupun kita tak dalam kondisi demam.

Takkala, sebatas rapid test saja terhadap warga yang menunjukkan hasil reaktif ketakutan masyarakat semakin menjadi, dulunya reaktif disebut positif rapid yang pada akhirnya sebutan itu dievaluasi dan diganti.

Rapid test sebagai gerbang awal menuju uji Swab atau PCR guna memastikan corona atau tidak, sehingga upaya pencegahan dan pengendalian semakin serius dilakoni secara sadar dan berjamaah.

Bahkan harus melakukan penyemprotan disinspekstan ke penjuru pemukiman warga terutama fasilitas umum, bahkan jalan raya, sampai-sampai stok soklin, bayklin, wipol dan sejenisnya sempat langka dipasaran. Bupati turun  kelapangan dengan 'toa' mengajak gunakan masker agar tidak 'mati banyak'.

Semakin hari, ketakutan warga semakin menjadi, sehingga berimplikasi pada pemenuhan kebutuhan ekonomi yang mulai terasa kocar-kacir, hal ini karena doktrin harus di rumah saja, ajakan ini cukup logis diterima kala itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline