Lihat ke Halaman Asli

Vincent Setiawan

Mahasiswa Teknik Elektro President University

Kesehatan Mental dan Investasi

Diperbarui: 11 Oktober 2022   12:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Salah satu kesalahan yang jarang disadari banyak orang adalah Mereka Berinvestasi Ketika Keadaan Kesehatan Mental Mereka Sedang Buruk. Ini adalah sebuah kesalahan yang sangat-sangat fatal. Mengapa? Karena keputusan untuk berinvestasi hampir 50%nya dipengaruhi oleh keadaan psikologi. Saya akan coba ceritakan kisah saya yang boncos hampir 53% di Bitcoin karena kesalahan ini. 

1. Euforia

Saya tadinya merupakan salah satu orang yang tidak sadar bahwa keadaan yang sifatnya euforia menandakan bahwa kita tidak dalam kondisi mental yang stabil. Orang yang sedang mengalami euforia, kemungkinan besar memiliki pertimbangan yang jauh lebih pendek dibandingkan orang yang keadaan mentalnya sedang stabil. 

Hal ini saya pernah alami ketika saya mendapatkan keuntungan berlimpah dari BNB. Sebuah koin crypto keluaran Binance. Awalnya, saya hanya menginvestasikan sekitar 300 ribu rupiah saja ke koin ini. Toh, saya pikir, tidak akan naik sedramatis itu. 

Akan tetapi, saya ternyata memang salah memprediksi. Koin BNB saya yang tadinya hanya sekitar 300 ribu rupiah, naik menjadi sekitar 700-an ribu rupiah. Wah, untung besar nih! Langsung lah saya cepat-cepat tarik duit tersebut dan saya investasikan kembali ke BTC. Dan apakah anda bisa menebak apa yang terjadi setelahnya? Ya, BTC turun ke harga yang sekarang kita bisa lihat sendiri dari level tertingginya di sekitar 900 juta rupiah per 1 koin. 

2. FOMO

Bukan hanya euforia, tetapi FOMO juga bisa menjadi pertanda kalau keadaan mental anda sedang tidak stabil. Karena ketakutan bahwa ini adalah saat yang tepat untuk saya averaging down, dan saya berpikir kalau harganya akan rebound, saya pun cepat-cepat lebih banyak memasukan uang ke dalam BTC. 

Akhirnya sudah pasti bisa tertebak dong? Ya, boncos saya malah semakin dalam. Meskipun memang harga rata-rata saya turun drastis sih. 

3. Sedih

Lanjut? Gaskan! 

Setelah tersenyum kecut dengan keboncosan yang semakin dalam, akhirnya saya pun merasakan kesedihan. Kesedihan sudah jelas tidak stabil ya. Dan dalam kesedihan ini, saya pun akhirnya memasukan uang saya ke beberapa instrumen yang sebenarnya, jika saya masukkan ke satu instrumen saja, akan menjadi lebih worth dibandingkan saya pencar. Hal seperti ini secara tidak langsung membuat saya akhirnya harus mendapatkan keuntungan yang lebih kecil. Tetapi setidaknya, yang kali ini tidak salah-salah banget.

EPILOG

Nah, jadi itulah sedikit cerita saya mengenai kesehatan mental dan investasi. Jaga terus kesehatan mentalmu kalau kamu mau berinvestasi dengan penuh cuan! 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline