Lihat ke Halaman Asli

Veramuna Risqyana

Mamah yang menulis.

Pulau dengan Nama Wetar

Diperbarui: 2 Maret 2021   09:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada tahun 2015 hingga 2017, saya mendapatkan kesempatan untuk berlibur (sambil bekerja) di sebuah pulau bernama Wetar. Pulau itu ada di Maluku Barat Daya. 

Untuk sampai ke sana, saya yang berdomisili di Jawa Tengah saat itu harus naik pesawat dua kali ke Kupang, menunggu setengah hari, lalu bertolak dengan kapal selama 14-16 jam hingga akhirnya sampai di pelabuhan milik perusahaan tempat saya bekerja.

Dahulu kala, di pulau tersebut terdapat tambang emas bernama Prima Lirang Mining (PLM). Kemudian ketika emasnya telah habis, maka berdirilah tambang tembaga di sana, bernama Batutua Tembaga Raya. 

Jika bekerja di BTR, kita dapat melihat keindahan pulau ke mana saja kita pergi. Seolah-olah, kita sedang selalu berlibur di pantai, meski sambil mengurus pekerjaan. Rasanya tidak ada tempat di sana yang tidak instagramable untuk dijadikan latar berfoto.

tumblr-613d554714c0e0dde02947a469bb989e-a3c879d1-540-603d9d5a8ede4834334f1a22.jpg

Pantai di sana sungguh indah dan tergolong masih tidak tersentuh. Jikalau produksi di tambang sedang santai, para pegawai terkadang memancing hingga ke laut menggunakan kapal kecil. 

Kalau dapat ikan yang biasanya besar-besar (rata-rata sepanjang lengan manusia dewasa), akan ada acara panggang ikan bersama dengan penuh kehangatan. 

Banyak pekerja di sana yang menyengaja membawa peralatan memancing profesional yang hanya bisa saya lihat di acara televisi Mancing Mania.

Seumur hidup, saya baru sekali makan lobster, dan itu pun di pulau ini. Bayangkan, malam-malam jam 8-9, seorang teman sekamar datang membawakan lobster berukuran sebesar siku hingga ujung jari orang dewasa. 

Lobster itu ditombak oleh kawannya, dan dimasakkan oleh koki di dapur. Kami memakan bersama lobster lezat itu hanya berempat saja. Sungguh pengalaman yang tidak akan sesering itu dialami.

Pun kala dapat shift malam, paginya kita dapat berjalan-jalan menelusuri hutan, menemukan keindahan-keindahan yang tak terjamah banyak orang. Sebagai anak yang terlahir di kota, mengeksplorasi hutan dan pantai yang indah adalah sebuah mimpi yang menjadi nyata bagi saya.

Mengesampingkan keindahannya yang membetahkan mata, bekerja di pulau ini banyak sisi 'tidak enak'nya. Ada buaya yang bisa berjemur kapan saja, juga ular yang terkadang diketemui di tengah jalan mess. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline