Lihat ke Halaman Asli

Taber Laot dan Muang Jong – Tradisi Adat Masyarakat Pesisir Pantai Kepulauan Bangka-Belitung ( Bagian 2)

Diperbarui: 20 Juni 2016   23:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ritual Puja Pantai oleh Suku Mah Meri - farm2.staticflickr.com Images


Gagasan masyarakat setempat yang bernilai baik berupa pandangan hidup, tata nilai,  adat istiadat dan norma terdapat dalam kearifan lokal, kita temui dalam ritual dan mitos. 

Salah satu ritualnya yaitu ritual bahari merupakan suatu keyakinan akan keberadaan kekuatan di luar kemampuan manusia, permohonan keselamatan, usaha mempertahankan kehidupan dan rasa syukur atas apa yang telah diterima. Berbentuk upacara yang telah dikembangkan ke arah ekonomi sebagai salah satu agenda budaya.

Kekayaan ritual bahari sebagai kekayaan budaya dan daya cipta dilihat dari nilai-nilai simbolis yang disampaikan sebagai kearifan lokal masyarakat setempat untuk bertahan hidup. Setelah pada artikel “Taber Laot dan Muang Jong – Tradisi Adat Masyarakat Pesisir Pantai Pulau Bangka ( Bagian 1)” membahas ritual adat Taber Laot, maka pada kesempatan ini, kita akan membahas mengenai Muang Jong. Baik ritual Taber Laot maupun Muang Jong memiliki kesamaan sebagai  tolak bala, harapan akan hasil laut dan keselamatan ketika melaut.

Suku Sekak atau Sawang

Lokasi Tinggal Suku Sekak di Bangka-Belitung - derosaryebed.blogspot.co.id Images


Di kawasan Asia Tenggara terdapat 3 kelompok  suku laut [1], dua diantaranya hidup di wilayah Indonesia yaitu Suku Bajo di Sulawesi sampai Filipina, Moken di pesisir barat Myanmar sampai Malaysia, dan Sekak di sekitar perairan Riau sampai Kepulauan Bangka Belitung.

Suku Sekak lebih dekat dengan suku Moken. Seorang ahli antropologi maritim dari Universitas Tokyo, Akifumi Iwabuchi, menyatakan bahwa Moken dan Sekak memiliki ritual bahari yang sama yaitu Muang Jong, sebuah miniatur kapal yang berisi aneka sesajian.

Secara geografis, pesisir barat Myanmar sampai ke Belitung merupakan jalur pelayaran internasional sejak zaman dahulu. Sehingga memungkinkan terjadinya migrasi suku Moken dan Sekak. Menurut laporan Jl. Van Sevenhoven (Komisaris Belanda ) di Belitung tahun 1803 mengatakan bahwa orang Sekak hidup di antara Pulau Bangka dan Belitung sebagai pemandu, penyelam dan nelayan handal. Kapal-kapal dagang yang melewati selat Bangka pada waktu itu masih dipenuhi lumpur, sehingga membutuhkan pemandu yang mengerti kondisi perairan setempat.Pengetahuan kondisi perairan tersebut diperoleh dari pengalaman panjang orang Sekak melayari selat Bangka.

Peta Lokasi Suku Sekak, Kampong Laut; Belitung - wikimapia.org Images

Suku Sekak kebanyakan tinggal di daerah Bangka Selatan, Belitung , dan Belitung Timur. Suku Sekak dapat ditemui di  Pulau Bangka di wilayah Jebu Laut, Kundinpar, Lepar dan Pongok. Sedangkan di Belitung di Juru Seberang, Kampung Baru dan Gantung. Tempat tinggal mereka dikenal dengan KPL  atau Kampong Laut. Keunikan suku ini lebih menyukai tinggal di laut dan daerah pesisir pantai. Bahasa yang dipakai adalah bahasa suku laut.

Asal usul Suku Sekak

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline