Lihat ke Halaman Asli

A Evan

engineer

Tarji & Parto: Partai Becak

Diperbarui: 14 Desember 2020   17:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

tarji seorang tukang becak berdebat dengan sohibnya di suatu persimpangan, mempermasalahkan siapa yang layak untuk menjadi pemimpin di kota medan ini. berbagai argumen mereka utarakan untuk mempertahankan masing - masing pilihannya.  tarji sudah menjadi tukang becak sudah 20 tahun di kota medan. segala macam persoalan sudah dialaminya. tetapi dia merasa belum pernah se failid ini ekonomi yang ia rasakan. parto yang juga rekan becaknya juga mengalami yang demikian.

"ya mau siapapun pemimpinnya kalau tata kelolanya tak berubah sama saja" ujar parto.

"gak bisa gitu juga cara berpikirmu tok, kalau pemimpinnya mempunyai ilmu dan keberanian mungkin akan beda rasanya, pasti dia punya cara main sendiri yang jitu, tidak mudah di dikte oleh kepentingan lain" balas tarji penuh ekspresi yakin

"kalau saja ada pemimpin yang mengerti tukang becak kayak kita ini, mungkin enak kehidupan kita sekarang ini ya." parto menyela

"apakah tukang becak ini harus buat partai dulu baru bisa menuntut kesejahteraannya ya, kita buat singkatannya PBI, partai becak independen.

"hahahah, mimpi mu ji kejauhan. mana mungkin kalau ada partai yang mau mengusung tukang - tukang becak kayak kita ini. kita ini kan sekarang hanya sebagai peramai kota besar ini aja, apalagi ongkos membuat partai bukan sedikit darimana duit kita, apa mungkin kita kumpulkan tukang becak satu kota medan ini kita menjual becaknya untuk biaya politik, terus tukang becak mana yang akan dibela kalau becak di kota medan uda dijual semua. kalaupun ada partai yang mau memberi tempat politik "mbecak" pasti kita - kita ini hanya menjadi penonton saja dan jadi bumper slogan politik bagi yang ingin berkuasa seperti yang sudah - sudah. soal nasib ya ndak tahulah kita ini gimana" kata parto

demikian tarji langsung berpaling dari parto melanjutkan renungannya tentang nasib. parto sangat mengenal tarji kenapa kadang mengoceh demikian. sebab rokok di kantongnya habis!




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline