Lihat ke Halaman Asli

R.A. Vita Astuti

IG @v4vita | @ravita.nat | @svasti.lakshmi

Post Power Syndrome di Masa Kerja

Diperbarui: 17 Januari 2021   12:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Power - Kuasa, sumber: patimes.org

Post power syndrome (PPS), atau dikenal dalam Bahasa Indonesia sebagai sindrom pasca kuasa, umum terjadi ketika kita sudah memasuki masa pensiun. Umum juga dialami oleh para lansia. Sudah banyak artikel yang membahas dengan fokus terjadinya PPS di masa pensiun dan masa tua.

Yang akan saya bahas adalah PPS yang terjadi jauh masa sebelum pensiun.

Kapan PPS terjadi? Ketika seseorang pernah menjadi pemimpin kemudian tidak siap  menjadi orang biasa. 

Kondisi ini bisa terjadi di kehidupan sosial, misalnya sebagai Ketua RT atau Ketua komunitas dan kehidupan pekerjaan, misalnya kepala kantor atau direktur atau manajer. Dia mengalami PPS ketika masa jabatannya habis. 

PPS diartikan sebagai kondisi yang negatif, terutama kondisi tidak bisa menerima bahwa dia tidak punya kuasa lagi. Gejalanya bisa terlihat secara fisik dan psikis dan keduanya saling mempengaruhi. Secara fisik akan terlihat sakit-sakitan karena secara psikis dikuasai oleh perasan negatif, misalnya kecewa, sedih dan marah.

Perilaku penderita PPS juga selalu negatif. Tanda-tandanya adalah dia tidak bisa menerima kenyataan bahwa dia bukan lagi penentu kebijakan atau pemberi keputusan. Bila di dunia kerja, saat ada meeting atau rapat, dia akan menyerang penggantinya dengan kritikan-kritikan pedas. Lebih terlihat lagi bila dia mengungkapkan kejayaannya ketika masih berkuasa. Yang paling buruk adalah dia masih berharap mendapatkan fasilitas-fasilitas ketika menjadi pemimpin, kasarnya menjadi gila hormat, ingin dilayani dan ditakuti.

Penyebab PPS adalah ketika seseorang tidak adaptif dan tidak rendah hati. Sudah sering terdengar istilah 'roda itu berputar', kadang kita di atas a.k.a. menjadi pemimpin, kadang kita di bawah a.k.a. menjadi anggota atau orang biasa. 

Penderita PPS tidak mau tahu tentang itu. Tidak mudah bisa beradaptasi dan menerima kenyataan bahwa dengan menjadi orang biasa hak-hak sebagai pemimpin akan hilang, misalnya berupa kuasa. Orang yang tidak rendah hati selalu haus akan kekuasaan dan selalu ingin mempertahankan posisi itu selamanya.

Ada dua saran yang saya tawarkan supaya tidak mengalami PPS.

1. Mempunyai mindset 'people are equal' > semua orang sama dan sejajar

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline