Lihat ke Halaman Asli

Urip Widodo

Write and read every day

Menyikapi Perbedaan Pendapat dalam Masalah Ibadah

Diperbarui: 26 Desember 2022   08:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi perbedaan pendapat/sumber: kompasiana

Tak dipungkiri problem yang dihadapi umat Islam saat ini adalah perbedaan pendapat, khususnya dalam masalah peribadahan. Saya katakan problem, karena alih-alih perbedaan pendapat ini dijadikan sarana untuk saling berbagi ilmu atau berdiskusi, malahan dijadikan poin untuk 'menyerang' pihak yang berbeda dengan cara menyalahkannya, dengan berlindung di balik makna bidah.

Penyematan diksi bidah pada aktivitas ibadah, yang dianggap tidak ada dasar hukumnya, semakin sering dan nyaring disuarakan satu kelompok, yang tentu saja menyinggung (merasa disalahkan) kelompok yang lain.

Padahal, perbedaan dalam hal peribadahan telah ada sejak dahulu, bahkan sejak jauh sebelum kelompok yang sering mengumbar kata bidah itu muncul.

Munculnya kelompok yang sering menuduh telah melakukan bidah pada umat Islam yang melakukan praktik peribadahan yang berbeda dengan mereka, telah memperuncing masalah perbedaan pendapat ini, yang sebelumnya sudah saling memahami.

Contoh yang masih hangat adalah di bulan Rabiul Awal kemarin, saat perayaan Maulid Nabi. Ada tiga kubu umat Islam menyikapi perayaan Maulid Nabi ini. Yaitu, ada yang merayakannya, ada yang tidak merayakan tetapi tetap menghormati yang merayakan, dan ada yang mencemooh kubu yang merayakan, karena menganggapnya bidah.

Munculnya kubu yang mencemooh pihak yang merayakan Maulid Nabi ini, disadari atau tidak telah merusak ukhuwah Islamiyah yang selama ini terjalin kokoh.

Kembali ke permasalahan perbedaan pendapat dalam peribadahan. Mungkin akan muncul pertanyaan, 'Kalau sumbernya sama dari Al-Quran dan Sunnah Rasulullah Saw, mengapa terjadi perbedaan dalam pelaksanaan ibadah di zaman sekarang ini?'

Sebelum menjawab pertanyaan di atas, sebaiknya kita pahami dahulu hakikat perbedaan.

Secara umum, perbedaan itu adalah sebuah keniscayaan. Allah Swt sendiri yang berkehendak menciptakan manusia dengan segala perbedaannya. Sebagaimana firman-Nya di surat al-Hujurat ayat ke-13.

"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline